Monday, April 30, 2012

Debirokratisasi, Bekerja Dengan Hati Dan Inovasi

30 April 2012
Debirokratisasi, Bekerja Dengan Hati Dan Inovasi
Oleh: Ngurah Adnyana (Direktur Operasi Jawa Bali).

Tanggal 2 April 2012 lalu merupakan hari bersejarah bagi teman-teman P3B Jawa Bali (JB). Kenapa bersejarah? Karena pada hari itu diresmikan beroperasinya organisasi baru P3B JB. Perubahan organisasi yang mulai berlaku di awal triwulan II 2012 ini merupakan langkah nyata pelaksanaan de-birokratisasi organisasi di PLN khususnya di P3B JB. Dengan organisasi baru ini diharapkan manajemen P3B JB bisa lebih cepat mengambil keputusan sesuai tuntutan perusahaan.

Perubahan organisasi di P3B JB terjadi baik di Unit Induknya maupun di Unit Pelaksana. Pada Unit Induk, Bidang Pengembangan dihapuskan dan dimunculkan Bidang Pemeliharaan. Tujuannya P3B JB yang sebelumnya juga diberi tugas pengembangan jaringan transmisi, sekarang tugas pengembangan tersebut sejauh mungkin diserahkan kepada Unit Proyek. Sedangkan tugas pengembangan di P3B JB dibatasi hanya pada kegiatan pengembangan di Gardu Induk (GI) seperti perluasan bay trafo, bay line dan penambahan trafo 150/20 kV untuk menambah kapasitas GI atau untuk melayani pelanggan baru yang dilayani pada tegangan 150 kV.

Di level unit pelaksana dilakukan perubahan lebih mendasar. Sebelumnya ada empat Unit Region dan 32 Unit Pelayanan Transmisi (UPT), dilebur menjadi 16 Unit Area Pelayanan Pemeliharaan (APP) transmisi/GI dan lima Unit Area Pengatur Beban (APB) yaitu APB Jakarta-Banten, APB Jawa Barat, APB Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, APB Jawa Timur dan APB Bali. Dengan perubahan organisasi ini, terjadi pemotongan satu tingkat organisasi yang sebelumnya tiga level yaitu Unit Induk, Region dan Unit Pelaksana menjadi hanya dua level yaitu Unit Induk dan Unit Pelaksana. Unit pelaksana tersebut adalah APP yang fokus pada kegiatan pemeliharaan jaringan transmisi & GI dan APB yang mengelola sistem operasi jaringan 150 kV. Disamping pemotongan tingkat organisasi, juga terjadi penciutan jumlah unit pelaksana sebanyak 15 unit yang semula 36 unit menjadi 21 unit.

Dengan perubahan organisasi ini, GM dan manajer bidang bisa langsung berhubungan dengan manajer APP atau APB. Di sisi lain manajer APP dan APB diberi kewenangan dan tanggung jawab lebih untuk mengambil keputusan dalam mengeksekusi programnya yang sebelumnya berlindung di bawah manajer Region.

Apa yang menjadi inti dari perubahan organisasi ini? Kenapa harus berubah? Perubahan organisasi ini intinya agar: 1) mengarahkan P3B JB lebih fokus dalam kegiatan operasi dan pemeliharaan penyaluran tenaga listrik 2) organisasi P3B JB lebih responsif menjawab tuntutan kecepatan pengambilan keputusan dan melakukan eksekusi program dan 3) tanggung jawab manajer Unit Pelaksana menjadi lebih jelas.

Ada yang menarik pada saat peresmian organisasi baru ini dimana juga diumumkan unit berprestasi di lingkungan P3B JB selama tahun 2011. Dari sebanyak 32 UPT yang ada di Jawa Bali, ternyata yang meraih juara pertama adalah UPT Jakarta Pusat. Lho, prestasinya apa? GI Karet Lama yang menjadi lokasi kantor UPT Jakarta Pusat itu dulunya dikenal sebagai tempat jin buang anak, berada di daerah yang lingkungannya berantakan, banyak gudang dan gedung tua bekas PLTD yang tidak terurus. Lalu apa prestasinya?

Dari sisi teknis, ternyata di wilayah operasi UPT Jakarta Pusat yang menjadi tanggung jawabnya tidak pernah mengalami transmisi trip (TLOF) sedangkan gangguan trafo (TROF) hanya dua kali selama tahun 2011. Gangguan NIHIL selama satu tahun, itu prestasi yang sangat luar biasa. Tidak ada UPT lain selain UPT Jakarta Pusat yang punya prestasi nihil gangguan transmisi selama satu tahun.

Disamping prestasi teknis, UPT Jakarta Pusat juga mempunyai prestasi lain melalui penerapan Operation Performance Excellence (OPI) UPT ini punya inovasi, punya inisiatif, berani mengambil keputusan dan melaksanakannya secara konsisten. Lahan yang sebelumnya berantakan, bertaburan bongkaran gedung tua ex gudang dan PLTD yang tidak terurus, telah dirubah menjadi taman yang asri di komplek GI Karet Lama yang kemudian diberi nama “Taman Perubahan”. Bahkan di taman perubahan itu sempat juga ditanami pohon-pohon ‘harapan’ oleh beberapa Direksi PLN, yaitu Pak Nur Pamudji, Pak Murtaqi, Pak Dewo dan saya sendiri. Dengan inovasi yang bagus itu UPT Jakarta Pusat telah menjadi yang terbaik dan telah mendapatkan tropi OPI Award sebagai juara pertama OPI Bidang Transmisi. Dan di UPT Jakarta Pusat inilah dilakukan pelantikan Pak Nur Pamudji sebagai Dirut PLN tahun 2011 lalu. Dengan sejumlah prestasi itu, keberhasilan UPT Jakarta Pusat menjadi lebih bermakna dan lebih bermartabat.

Lalu pertanyaannya, kenapa unit ini bisa berprestasi? Bagaimana dengan unit lainnya?

Saat saya diminta berbicara pada acara peresmian organisasi baru P3B JB tanggal 2 April tersebut, pertanyaan itu saya ajukan kepada Pak Supiyana – Manajer UPT Jakarta Pusat saat itu – karena Pak Supiyana lah yang paling mengetahui jawabannya. Kemudian saya tanya “Kenapa unit yang Pak Supiyana pimpin bisa berprestasi?”

Saya minta beliau berdiri dan maju ke depan hadirin dan dengan sedikit merendah Pak Supiyana menjelaskan:

“Tidak ada hal istimewa yang saya lakukan, karena pada dasarnya semua teman-teman di UPT Jakarta Pusat mengetahui bagaimana harus bekerja memelihara jaringan, mengganti peralatan yang rusak dan lain-lain. Saya tidak perlu lagi mengajari. Saya hanya menyentuh hatinya.” – sambil Pak Supiyana memegang dadanya. “Saya mengajak semua teman-teman merencanakan pekerjaan secara sistematis, bekerja bersama sampai selesai, tidak menunda penyelesaian pekerjaan, dan saya mendampingi mereka bekerja. Kami saling peduli berkomunikasi secara terbuka mengenai segala hal tanpa ada yang disembunyikan. Yang paling penting manajer harus bisa menjadi panutan, bekerja ikhlas dan menepati janji.”

Itulah yang disampaikan Pak Supiyana, yang mulai tanggal 1 April 2012 memasuki masa pensiun. Pensiun dengan terlebih dulu mewariskan satu prestasi gemilang bagi perusahaan dan generasi penerusnya.

Dari cerita di atas, ada tiga hal yang bisa kita ambil hikmahnya dari pengalaman di UPT Jakarta Pusat. Pertama, kunci keberhasilan ada pada kepedulian, bekerja bersama, dan bekerja ikhlas yang kalau disingkat barangkali bisa disebut “bekerja dengan hati”. Kedua, manajer bisa memerankan diri sebagai pemimpin yang disegani dan sebagai panutan. Ketiga, usia menjelang pensiun tidak menghalangi orang berprestasi. Tetap berprestasi sampai last minute saat terakhir, asal mau.

Bekerja dengan hati ini ternyata bukan hanya kunci sukses di UPT Jakarta Pusat semata. Saat meresmikan beroperasinya OPI Distribution Academy di Yogyakarta tanggal 16 April 2012 yang lalu, terungkap satu prestasi di Area Surakarta yang mempunyai lebih dari 1.000.000 pelanggan bisa menurunkan susut distribusi dari 5,5 % tahun 2009 menjadi 4,48 % pada tahun 2011. Pak Puguh – Manajer Area Surakarta – yang hadir pada acara itu juga saya minta menyampaikan kiat apa yang dilakukan sehingga susut distribusinya bisa 4,48 %. Di depan hadirin Pak Puguh menyatakan bahwa kunci sukses teman-teman di Surakarta adalah “bekerja dengan hati”, bekerja bersama dengan saling peduli. Jadi sama dengan yang disampaikan Pak Supiyana.

Saya tahu, banyak juga unit yang berprestasi seperti UPT Jakarta Pusat dan Area Surakarta ini. Dan saya yakin pula kunci keberhasilan pada unit-unit yang berprestasi ini adalah “bekerja dengan hati” dari para manajer dan seluruh jajarannya.

Itu baru dari sukses kineja teknis. Lalu kenapa UPT Jakarta Pusat juga bisa berprestasi membuat Taman Perubahan dan tanpa ada anggaran khusus?

Saat saya berkunjung ke UPT Jakarta Pusat awal 2010 di komplek GI Karet Lama, saya memang melihat banyak gudang dan bangunan tua bekas PLTD yang tidak terurus. Dari hasil bincang-bincang dengan Pak Supiyana dan kawan-kawan, kelihatannya teman-teman di UPT Jakarta Pusat termotivasi untuk membuat nyaman lahan tidak terurus tersebut. Dengan inovasi dan keberanian berbuat sesuatu yang berbeda, serta dengan upaya bersama, lahan yang dulunya bekas gudang dan bangunan PLTD tidak terurus, akhirnya berubah menjadi “Taman Perubahan” itu – walaupun tanpa dukungan anggaran khusus.

Lalu kenapa di GI Karet Lama bisa, sedangkan di tempat lain masih banyak bangunan dan lahan terbengkalai tidak terurus?

Sebagai contoh di GI Probolinggo saya melihat ada bangunan rumah tua yang berdiri di dalam serandang (switch-yard) 150 kV, sudah tidak terurus, tidak berfungsi, tetapi masih berdiri. Di halaman depan GI Probolinggo ada juga bangunan tua bekas PLTD sangat kokoh dari batu yang juga tidak terurus. Barangkali kalau bangunan-bangunan tua ini bisa berbicara dia akan berkata “Tolonglah Pak kami yang sudah tua ini jangan dibiarkan sengsara….” Sayang bangunan itu tidak bisa bersuara. Kemudian di halaman belakang di bawah pohon mangga yang rimbun terlihat ada lima rongsokan mobil tua, juga sengsara dan masih teronggok dengan penderitaannya.

Mestinya bangunan tua yang sudah tidak terpakai, mobil rongsokan, material bekas di gudang-gudang segera disingkirkan dan dihapuskan tanpa harus melanggar ketentuan baku. Kenapa di UPT Jakarta Pusat bisa, tetapi di tempat lain termasuk GI Probolinggo tidak bisa? Ini masalah kreatifitas dan kemauan saja. Para manajer APP dan APB yang harus menjawabnya. Disinilah kemampuan inovasi dan kepemimpinan para manajer APP dan APB diuji, termasuk juga manajer Area di Distribusi dan manajer Sektor di Pembangkitan

Lalu soal anggaran membuat taman perubahan dari mana?

Di beberapa Unit PLN, para manajer bisa berbuat lebih walaupun anggaran operasinya sama saja dengan unit lainnya. Di Area Tegal sewaktu masih dikomandani Pak Subuh Isnandi, bisa membangun kantor-kantor Rayon yang seragam, cantik-cantik, dan bersih, sehingga para pegawainya nyaman bekerja. Waktu saya tanya Pak Subuh “Apakah dapat droping lebih dari kantor Distribusi Jateng?” Pak Subuh menjawab “Tidak Pak…..” Pada kesempatan lain saya konfirmasi ke GM Distribusi Jateng, ternyata memang tidak ada perbedaan penetapan biaya operasi bagi Area, tidak ada tambahan anggaran khusus.

Lalu dari mana Area Tegal dapat anggaran lebih untuk memperbaiki kantor-kantor Rayonnya? Dari mana UPT Jakarta Pusat dapat anggaran lebih untuk membuat Taman Perubahan?

Waktu saya mengunjungi Pembangkit Listrik Tenaga Sampah di Bantar Gebang –Bekasi tanggal 23 April lalu, saya diantar oleh Pak Iman Faskayana – Manajer Area Bekasi, dengan mobil Kijang baru warna putih. Ikut juga mobil manajer Rayon Bantar Gebang jenis Avanza yang juga baru dan juga berwarna putih.

Tanpa saya tanya -mungkin khawatir ditanya atau mau promosi-, Pak Iman cerita: “Pak, kedua mobil ini kami sewa, baru kemarin kami pakai. Mobil ini kami sewa dari koperasi karyawan perusahaan mobil. Anggaran sewa mobil ini untuk Kijang Rp 5,6 juta dan Avanza Rp 3,25 juta, sesuai dengan biaya sewa tahun sebelumnya. Tetapi tahun ini kami dapat menurunkan biaya sewa masing-masing menjadi Rp 4,5 juta dan Rp 2,75 juta per bulan lewat pelelangan terbuka dengan e-bidding. Lumayanlah Pak bisa menghemat banyak. Kelebihannya akan kami pakai untuk memperbaiki kantor-kantor pelayanan PLN yang sudah kurang perawatannya.”

Nah itu dia jawaban pembiayaan inovasi para manajer Unit. Membangun dari hasil penghematan pengadaan barang dan jasa. Ini luar biasa. Ini betul-betul upaya yang sangat mulia, mengoptimalkan sumber daya uang yang tersedia untuk membiayai kebutuhan lain perusahaan.

Lalu kenapa di Unit lain tidak bisa melaksanakannya?

Ada 2 kemungkinan, pertama tidak tahu caranya menghemat dan kedua tidak mau menghemat karena terjebak proses, “biasanya”.

Inilah tantangan bagi para manajer Unit, ber-inovasi menciptakan proses pengadaan barang yang lebih menguntungkan perusahaan. Saya berharap manajer APP dan APB yang baru dilantik di P3B JB, juga para manajer Area dan manajer Sektor bisa melakukan penghematan tanpa mengurangi kualitas barang. Saya yakin banyak potensi penghematan dari proses pengadaan barang dan jasa, apakah itu material distribusi, transmisi ataupun spare-part pembangkit. Dengan membeli langsung ke produsennya tanpa perantara perusahaan-perusahaan lokal, pastilah bisa lebih hemat.

Apakah bisa?

Mari kita lihat hasil inovasi dan kepiawaian para manajer Unit.

No comments:

Post a Comment