Friday, September 28, 2012

Yang Muda Yang Berkarya

28 September 2012
Yang Muda Yang Berkarya
Oleh : Ngurah Adnyana, Direktur Operasi Jawa Bali.

Pilkada Jakarta baru saja usai yang menurut quick count dimenangkan pasangan Jokowi – Ahok. Banyak analisa dan jawaban yang bisa diberikan terhadap pertanyaan “Apa yang menyebabkan pasangan Jokowi – Ahok memenangkan Pilkada Jakarta ?”

Pertanyaan itu saya lemparkan kepada peserta outbond PLN Distribusi Jabar dan Banten (DJBB), hari Sabtu malam tanggal 22 September 2012 lalu. Outbond diikuti General Manager (GM), Manajer Bidang (MB), Manajer Area, Manajer Rayon sampai Supervisor yang berjumlah lebih dari 500 orang pemimpin. Saya sebut pemimpin karena mereka semua punya anak buah entah dua orang, ratusan sampai ribuan orang.

Ternyata jawaban yang diberikan para “pemimpin” DJBB ini sama dengan yang diberikan para analis politik. Saya tidak tahu apakah jawaban para pemimpin DJBB ini penilaian murni atau sudah dipengaruhi oleh hasil analisa para analis politik yang gencar dipublikasikan di media cetak/elektronik. Tapi yang jelas jawabannya sama. Apa itu ?

Menurut para “pemimpin” DJBB, kunci utama keberhasilan Jokowi – Ahok dalam Pilkada Jakarta karena figur Jokowi – Ahok dinilai jujur, bersih, mau turun ke lapangan, berpihak kepada rakyat kecil, berani mengambil inisiatif yang tidak populer dengan baju kotak-kotaknya dan banyak alasan lainnya. Memang sih, kalau sudah menang, mau alasan apa saja pasti cocok. Wong sudah menang kok……!

Tapi satu hal bisa dijadikan acuan. Masyarakat sekarang membutuhkan figur pemimpin yang bisa menjadi teladan. Bukan pemimpin katrolan atau pemimpin yang didukung oleh elit politik semata.

Kunci kedua kemenangan Jokowi – Ahok adalah dukungan para relawan kelas menengah yang dengan pengetahuan dan komitmennya, mau berkorban uang dan waktu, membuat lagu yang diupload ke youtube, mau bekerja tanpa pamrih hanya karena ingin dipimpin oleh figur pemimpin yang jujur dan bersih untuk perubahan Jakarta menjadi lebih baik. Para relawan ini dengan dedikasi yang tinggi bisa mengalahkan mesin politik sejumlah parpol besar yang mendukung Foke – Nara.

Ini membuktikan semangat, kreativitas dan komitmen anak muda terdidik yang ikhlas, bisa mengalahkan mesin struktural yang bekerja secara mekanistik.

Lalu apa hubungannya Pilkada Jakarta dengan PLN?
Kalau kemenangan Pilkada Jakarta karena figur dan relawan, saya yakin unit PLN bisa menang atau berhasil melaksanakan misinya kalau dipimpin oleh figur yang bisa menjadi teladan dan didukung oleh relawan. Jadi sama saja.

Lalu siapa relawan di PLN ? Siapa relawan internal PLN?
Dalam perjalanan ke unit-unit entah di Unit Distribusi, Unit Penyaluran, Unit Pembangkitan maupun Unit Proyek, saya sering bertemu dengan pegawai PLN yang muda angkatan 2000-an yang mulai berperan. Pada pertemuan-pertemuan di acara Operation Performance Improvement (OPI) dengan para Regional Coach maupun Unit Coach, sebagian besar dari mereka adalah anak-anak muda yang mampu menggerakkan para seniornya untuk bekerja lebih sistematis dan terkendali. Para finalis dan pemenang lomba inovasi PLN juga mayoritas dimenangkan oleh anak-anak muda. Mereka adalah orang-orang muda yang bekerja dengan semangat tinggi, punya kecerdikan untuk memenangkan perang. Perang melawan ketidakmampuan membangun PLN kedepan. Merekalah relawan PLN…!

Lalu pertanyaan yang sering muncul di kepala saya, sudahkah anak-anak muda PLN dengan potensi besarnya terakomodir pada jalan yang lapang untuk menjadi relawan pendukung kinerja PLN?
Beberapa unit yang saya kunjungi kelihatannya sudah memberi jalan yang lapang untuk mengembangkan potensi besar anak-anak muda ini. Di unit Proyek maupun di unit Pembangkitan PLTU 10.000 MW, mayoritas yang berperan adalah anak muda angkatan 2000-an walaupun sebetulnya ini lebih karena tidak ada yang lain. Hanya Manajernya saja yang sudah berpengalaman, lainnya anak muda.

Caranya memberi peran kepada anak muda bisa bermacam-macam. Kebanyakan unit memberi peran sebagai OPI Unit Coach. Ada juga sebagai pengawas lapangan khususnya di unit-unit Proyek. Lain lagi yang dilakukan di Area Kramat Jati.

Waktu saya berkunjung diam-diam ke Area Kramat Jati yang lokasinya dekat pasar induk Kramat Jati – Jakarta Timur tanggal 19 September 2012, saya lihat halaman depannya sudah rapi. Kemudian saya masuk ke ruang pelayanan pelanggan. Ruangan pelayanan disini juga bersih. Pada satu ruangan khusus saya diperkenalkan kepada Duti Manajer (Duty Manager) – seorang anak muda. Dalam pikiran saya muncul pertanyaan :

“Lho ini Duti Manajernya kok muda amat ?”
Biasanya yang ditugaskan sebagai Duti Manajer adalah pegawai senior yang sudah berpengalaman. Tapi saya diam saja. Setelah keliling ketemu pegawai-pegawai lainnya, belakangan pertanyaan saya itu terjawab.

Di Area Kramat Jati ada anak muda sejumlah 16 orang. Mereka diberi tugas bergantian sehari menjadi Duti Manajer, tidak peduli apa keahlian dan tugas sehari-harinya. Duti Manajer itu bertugas melayani pengaduan pelanggan yang datang ke kantor PLN. Pengaduan itu bisa menanyakan kenapa rekening listriknya naik, pelanggan yang meminta penjelasan tagihan susulan Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik (P2TL) atau pengaduan lainnya. Kalau sang Duti Manajer – anak muda ini – tidak mengerti persoalannya, dia tidak boleh melemparkan penyelesaian pengaduan pelanggan kepada rekan kerjanya yang lain dan tidak boleh menyuruh pelanggan masuk ke ruangan-ruangan kerja pegawai PLN. Dia sendiri yang wajib menanyakan kepada teman dan seniornya yang mengerti persoalan yang diadukan pelanggan. Kemudian menjelaskan sendiri kepada pelanggan yang tetap menunggu di ruang Duti Manajer.

Dengan tidak bolehnya pelanggan masuk ke ruang kerja pegawai PLN maka ruang kerja pegawai PLN steril dari kunjungan pelanggan, steril dari para calo. Pengaturan ini juga mendukung program membangun integritas di internal PLN.

Penugasan model ini anak muda secara tidak langsung diberi kesempatan belajar mengenal permasalahan pelayanan pelanggan, mengetahui proses bisnis PLN, belajar berkomunikasi dan membangun empati melayani pelanggan, belajar menjadi juru bicara PLN, kemudian belajar mendengarkan keluhan pelanggan. Kemampuan “mendengar” ini penting karena banyak pemimpin yang tidak mau mendengar, maunya didengarkan saja. Knowledge speaking, wisdom listening….kata Jimi Hendrix pemusik tempo dulu. Dan yang terpenting anak muda ini belajar menjadi pemimpin.

Model pembinaan anak muda yang dikembangkan Pak Riza Gustam – Manajer Area Kramat Jati ini merupakan satu contoh bagus dalam membangun relawan. Ada juga Manajer yang memberi tantangan dan tanggung jawab, ada yang mendukung dengan mengakomodir dan memfasilitasi kreativitas anak muda. Saya yakin Manajer PLN Unit punya cara sendiri-sendiri untuk membina dan memberi jalan yang lapang bagi pengembangan potensi anak muda PLN.

Memberi kesempatan anak muda untuk berkarya sesuai potensi dan kemampuan maksimalnya adalah amal suci membangun masa depan PLN yang lebih baik. Ini untuk Manajer unit yang peduli. Lalu bagaimana nasib anak muda yang Manajer Unitnya tidak peduli, tidak memberi dan membuatkan jalan lapang bagi anak muda untuk berkarya?

Untuk mengatasi kesenjangan inilah, Direksi merencanakan ada program khusus mengembangkan leadership bagi anak muda potensial di seluruh unit. Masing-masing Manajer Unit tentu sudah tahu siapa-siapa anak muda yang potensial menjadi relawan, kemudian menjadi penggerak dan pemimpin PLN kedepan. Mereka akan diminta mengajukan beberapa orang anak muda potensialnya untuk mengikuti program ini. Siapa yang diusulkan oleh masing-masing unit tentu sesuai dengan prestasi masing-masing anak muda selama ini.

Sebetulnya dalam pelatihan OPI Coach mulai Bootcamp 1 sampai dengan Bootcamp 3, para OPI Coach sudah diajarkan teori dan praktek melakukan diagnostik masalah, melakukan Root Cause Problem Solving (RCPS) – menganalisis dan menyelesaikan akar masalah, kemudian menetapkan rekomendasi tindakan yang perlu dilakukan. Tetapi mereka belum pernah mengeksekusi rekomendasi tindakan tersebut. Sebagai OPI Coach tugasnya memang sampai rekomendasi dan kemudian memonitor hasil tindakan yang dilakukan oleh teman-teman di struktural. Jadi para anak muda yang sudah menjadi OPI Coach masih perlu diberi latihan mengeksekusi suatu kegiatan, sekalian berlatih memimpin.

Sebaliknya anak muda yang di Proyek atau Pembangkitan yang tidak sempat ber-OPI, tentu belum tahu teori-teori yang diajarkan di Bootcamp OPI. Tetapi mereka mungkin sudah sering berlatih dan praktek mengeksekusi kegiatan sesuai tuntutan pekerjaannya. Walaupun belum tentu tahu teori pengambilan keputusan.

Jadi dengan alasan di atas, Direksi ingin memberi bekal terbaik bagi anak muda PLN sehingga nantinya diharapkan mereka bisa menjadi relawan dan pemimpin PLN masa depan.

Karena baru fase rencana, tentu masukan dari lapangan dari para Manajer atau dari anak muda PLN sangat diharapkan sesuai kondisinya masing-masing. Semakin banyak masukan semakin baik kegiatan ini bisa disusun walaupun tidak semua bisa diakomodir. Masukan ditunggu sampai tanggal 15 Oktober 2012 dan dialamatkan ke BOD Note.

Selamat berkontribusi untuk mewujudkan yang muda yang berkarya.

No comments:

Post a Comment