Thursday, March 4, 2010

Teman Baru Kita: Antusias!

4 Maret 2010
Teman Baru Kita: Antusias!

Saya akan selalu teringat pertanyaan seorang karyawan PLN saat dialog seusai upacara bendera tanggal 17 Januari 2010. Hari itu tepat hampir satu bulan saya menjadi CEO PLN: apakah saya tetap akan bertekad untuk tidak membawa satu orang pun dari luar ke PLN?

Pertanyaan itu menggelitik karena saya memang pemah mengatakan itu. Yakni ketika koran-koran mulai memberitakan bahwa ada kemungkinan saya akan diangkat menjadi CEO PLN. Waktu itu saya menegaskan tidak akan membawa satu pun orang luar ke PLN. Mungkin pertanyaan tadi seperti pisau bermata dua: setengah menagih janji, setengahnya khawatir jangan-jangan setelah berada di dalam PLN saya berubah pikiran.

Jawaban saya waktu itu tidak berubah: justru setelah satu bulan berada di PLN saya semakin yakin bahwa saya sama sekali tidak perlu membawa orang luar ke PLN. Kalau sebelum masuk PLN saya hanya memperkirakan bahwa di PLN banyak sekali orang yang hebat-hebat, setelah saya masuk saya bisa membuktikannya: banyak sekali orang PLN yang sangat pandai dan sangat mampu. Ini terlihat dari jalannya rapat-rapat yang membahas persoalan yang membelit PLN selama ini. Begitu banyak ide untuk memperbaiki PLN. Begitu bagus ide-ide itu. Rapat-rapat direksi di PLN menjadi sangat produktif. Ratusan keputusan yang sudah dibuat hanya dalam waktu dua bulan ini.

Yang diperlukan tinggal bagaimana memilih ide-ide itu dan menyusun prioritasnya. Bahkan saya melihat di tengah banyaknya sorotan bahwa orang-orang PLN itu hidupnya terlalu mapan temyata saya melihat banyak sekali orang PLN yang sebenamya hatinya gelisah: mengapa PLN tidak maju-maju! Di tengah sorotan bahwa PLN itu sarangnya korupsi, saya melihat begitu banyak orang PLN yang juga gelisah atas sorotan itu dan bertekad untuk membersihkan PLN dari citra seperti itu.

Lihatlah juga ketika pada general manager, pimpinan unit dan anak perusahaan berkumpul dalam sebuah rapat kerja PLN di Purwakarta tanggal 18-20 Februari lalu. Para GM yang baru pun, sangat antusias untuk berbenah. Jalannya diskusi di raker ini begitu hidup dan semarak. Begitu kuat ide dan keinginan untuk membenahi berbagai hal. Termasuk membenahi sesuatu yang mungkin agak sensitif: pengadaan sparepart.

Begitu kuat suara-suara dari floor yang menghendaki agar dilakukan efisiensi besar-besaran dalam tata-cara pengadaan sparepart. Bahkan dalam lalu-lintas email di antara karyawan yang saya ikuti, begitu besar keinginan untuk kalau perlu PLN impor sendiri langsung dari Pabrikan.

Saya tidak akan lupa suara lantang di dalam raker tersebut yang menyerukan kegelisahan hati mereka: mengapa perusahaan sebesar PLN dengan mudah didikte Para Pemasok dan rekanan bisnisnya? Mengapa PLN yang begini besar bertekuk lutut di tangan rekanan? Mengapa PLN yang begini besar tidak berdaya? Mereka pun mengingatkan bahwa PLN sekarang ini sudah menjadi perusahaan terbesar di Indonesia mengalahkan Pertamina dan Bank Mandiri.

Demikian juga ketika topik Raker memasuki tema krisis listrik di berbagai wilayah. Diakui bahwa daya listrik di suatu daerah memang tidak cukup. Tapi juga terungkap bahwa betapa besar selisih daya terpasang dengan daya mampu yang terjadi di setiap wilayah. Ini berarti diesel-diesel yang terpasang di sana tidak menghasilkan listrik sesuai dengan kapasitasnya. Begitu jauhnya selisih kapasitas terpasang dengan daya mampunya sehingga bukan lagi seperti langit dan bumi, melainkan ibarat langit dan sumur – sedikit lebih jauh.

Peserta raker pun bertanya: ketika terjadi krisis listrik mengapa semangat yang muncul justru menyewa diesel lagi saja? Mengapa bukan memperbaiki dan meningkatkan kapasitas diesel miliknya PLN sendiri yang mengalami derating itu? Dari sinilah lantas muncul semangat untuk mempertanyakan kembali selisih yang amat besar antara daya terpasang dan daya mampu itu.

Malam itu juga temyata ditemukan mengapa terjadi derating yang begitu besar. Jawabnya pun langsung ditemukan: sebagian besar karena sistem water coolingnya kurang sesuai dengan aturan. Penggunaan airnya sembarangan. Tidak punya kedisiplinan dalam menjaga mutu air yang dipakai untuk mendinginkan radiator. Akibatnya: banyak radiator yang rusak.

Sampai-sampai malam itu saya menawarkan solusi yang konyol: bagaimana kalau kita membeli aqua saja untuk semua radiator diesel kita di seluruh Indonesia? Semahal-mahal aqua pasti masih lebih murah daripada kerusakan radiator gara-gara air yang kurang baik yang dipaksakan masuk ke genset-genset kita!

Tentu sebenarnya tidak perlu air sebaik aqua. Tapi kesembronoan memang harus sudah ditinggalkan. Saya sungguh senang bahwa Raker tersebut sangat kritis mempersoalkan semua itu. Lebih senang lagi ketika meiihat apa yang disimpulkan oleh Raker: perlu diadakan langkah konkrit untuk uprating. Sebagai pilot project ditunjuk General Manager Suluttenggo [Sulawesi Utara, Tengah dan Gorontalo), Bapak Wirabumi. Beliau harus memaparkan keesokan harinya berapa besar uprating yang bisa dilakukan di wilayah Sulut, Gorontalo dan Sulteng. Beliau diberi waktu setengah malam untuk memikirkannya.

Keesokan harinya, Bapak Wirabumi sudah siap dengan program upratingnya. Mengejutkan: di wilayah itu saja Wirabumi bisa menaikkan kapasitas diesel 34,5 MW! Ini sama saja dengan keadaan bahwa selama ini terdapat 34,5 MW daya yang hilang percuma. Dengan kata lain, Wirabumi bisa “menemukan” daya sebanyak 34,5 MW secara gratis. Dengan istilah lain lagi, Wirabumi bisa melakukan efisiensi besar-besaran: dengan pengeluaran solar yang sama, akan terjadi penambahan kapasitas 34,5 MW. Bahkan saya bisa mengatakan Wirabumi telah “menemukan” uang puluhan miliar untuk diserahkan ke PLN! Maksud saya, PLN tidak perlu membeli diesel sebesar 34,5 MW karena Wirabumi sudah menemukannya sendiri!

Di Minahasa saja, misalnya, tiba-tiba bisa ditemukan kembali 19 MW daya yang pernah hilang itu. Dan di Palu, di mana krisis listrik luar biasa hebatnya dan sudah berlangsung puluhan tahun, tiba-tiba bisa ditemukan kembali daya sebesar 9 MW gratis! Daya sebanyak 9 MW itu, kalau PLTU sama dengan harus investasi Rp 100 miliar lebih! Memang perlu waktu untuk perbaikan mesin agar mencapai daya maksimum tersebut. Tapi dijadwalkan bulan Agustus nanti, semuanya sudah selesai dilakukan.

Kalau di daerah Suluttenggo saja bisa ditemukan kembali daya 34,5 MW yang pernah hilang itu, logikanya di daerah lain juga bisa dilakukan uprating yang sama. Maka betapa besar daya yang bakal ditemukan kembali di seluruh Indonesia!

Jadi, memang tidak perlu saya membawa orang luar ke PLN. Saya hanya perlu membawa seorang teman saja ke dalam PLN ini. Teman itu bemama “antusias”. Hanya orang-orang yang hidupnya penuh antusias yang bisa membawa kemajuan. Virus antusias seperti yang terlihat di Raker itulah yang kini sedang menjalar ke seluruh PLN kita.

Dahlan Iskan
CEO PLN

No comments:

Post a Comment