Sunday, January 8, 2012

2012

8 January 2012
2012

2012 kita masuki bersama dengan optimis, berbekal apa yang telah kita raih sampai 2011 dan potensi yang muncul di akhir 2011. PLN telah berhasil melayani pelanggannya dengan lebih baik melalui 4 cara yaitu mengeliminasi pemadaman bergilir yang dulu banyak terjadi di beberapa daerah, melayani hampir seluruh daftar tunggu melalui Gerakan Sehari Sejuta Sambungan (GRASSS)-1 dan GRASSS-2, menurunkan dengan drastis gangguan penyulang, serta menurunkan dengan drastis gangguan pelayanan yang disebabkan oleh trafo-trafo TM/TR melalui penyediaan cadangan yang cukup dan O&M (Operation and Maintenance) yang lebih baik.

Para pelanggan PLN yang berjumlah 44 juta itu bisa membayar rekening listrik melalui bank apapun, dari kota manapun. Pelanggan yang berumah di Aceh misalnya, bisa membayar di Ruteng, Flores. Pelanggan di Jakarta maupun di Wamena bisa dilayani dengan Listrik Pintar (semula disebut listrik prabayar). Ini berkat aplikasi komputer bernama P2APST (Pengelolaan dan Pengawasan Arus Pendapatan secara Terpusat) yang dikembangkan sendiri oleh PT Icon+, anak perusahaan PLN. Selain itu, program Call Center 123 mulai berdering di Sumatera menyusul Jawa-Bali, dengan Aplikasi Pelayanan Pelanggan Terpusat (AP2T) buatan Icon+ sebagai intinya.

Di sisi energi primer, pembangunan PLTU batubara mulai membuahkan hasil, ditandai dengan peresmian PLTU Suralaya 8, Lontar dan Tanjungjati B oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono 28 Desember lalu. Gas yang dikais-kais juga mulai mengucur, di Sei Gelam Jambi, di Jambi Merang Sumsel (mengalir ke Muaratawar dan kelak ke kota Jambi, Duri dan Rengat), dan sebentar lagi akan mengucur dalam jumlah besar di Jakarta dan Gresik.

Berita bagus yang kita dapat di medio Desember 2011 adalah dinaikkannya peringkat Republik Indonesia ke aras investment grade oleh lembaga pemeringkat Fitch, dan seminggu kemudian diikuti oleh naiknya peringkat PT PLN (Persero) ke aras yang sama, investment grade juga. Aras peringkat ini terakhir dimiliki Indonesia pada 1997, 14 tahun yang lalu. Jadi negara ini sudah berhasil melalui tahun-tahun pembenahan, ibarat menelusuri terowongan gelap sambil terus berjalan menuju cahaya di ujung terowongan, dan kini sudah sampai di mulut terowongan yang terang benderang tersebut. Alhasil, hanya ada satu suasana hati untuk memasuki 2012, yaitu optimis dan penuh semangat.

Ekonomi Indonesia saat ini adalah peringkat ke 17 dunia dengan GDP 834 milyar US$, sebentar lagi akan tembus 1 triliun US$ melampaui Belanda, dan akan terus naik hingga di penghujung dasawarsa ini menjadi peringkat 10 dunia. Bisakah kita membayangkan, sebesar apa perusahaan listrik di sebuah ekonomi peringkat 10 dunia? PLN akan menjadi perusahaan energi raksasa di kawasan Asia. Pada 2012, pendapatan PLN 200 triliun rupiah, dengan tingkat rasio elektrifikasi 72%. Pada 2020, diukur dengan nilai rupiah saat ini, pendapatan PLN akan mencapai 450 triliun rupiah, dengan tingkat rasio elektrifikasi 95%.

Cita-cita untuk menjadi perusahaan energi raksasa Asia di 2020 hanya bisa dicapai bila kita mempersiapkannya sejak saat ini. Ciri perusahaan raksasa kita kenali dengan melihat perusahaan-perusahaan raksasa yang sudah ada, yaitu bahwa produk keluarannya berukuran raksasa, masukannya pun raksasa juga. Lalu untuk mengolah masukan dalam jumlah raksasa menjadi keluaran yang juga raksasa, pasti diperlukan proses bisnis yang sangat bagus, dan pasti sarat dengan teknologi. Ciri penting lainnya, interaksi antara perusahaan raksasa tersebut dengan para pemasoknya, juga interaksi dengan para pelanggannya, serta interaksi antar unsur di dalam perusahaan, dilandasi dengan nilai-nilai transparan, bersih, akuntabel dan penuh kejujuran. Tanpa nilai-nilai mulia (golden values) tersebut, perusahaan raksasa akan ambruk, seperti ambruknya raksasa energi Enron di 2001 bersama auditor dan akuntannya, Arthur Andersen. Oleh karena itu, cita -cita untuk menjadi perusahaan energi raksasa Asia harus dimulai dari segi yang terpenting, yaitu manusia.

Pada kesempatan coffee morning di PLN Pusat 4 Januari lalu, di Rapat Kerja PLN di Purwakarta 5-6 Jan, juga di acara perayaan Natal bersama se-Jakarta 30 Desember 2011, saya sampaikan 3 nilai terpenting, yaitu jujur, cakap (kompeten) dan bersemangat. Tiga nilai ini minimal, tak bisa dikurangi lagi. Orang jujur dan cakap tapi tanpa semangat tidak akan menghasilkan output. Manusia jujur dan bersemangat tapi tidak cakap akan menghasilkan output yang salah atau buruk. Karyawan cakap dan bersemangat tapi tidak jujur malah akan membahayakan diri sendiri dan perusahaan. Tiga nilai ini boleh disempurnakan dengan nilai-nilai utama yang lain, tapi tiga itulah yang minimal.

Jujur itu ya jujur, mengungkapkan hal yang benar dengan lengkap. Jujur itu tidak mau menerima sesuatu yang bukan haknya. Dalam urusan uang, jujur bagi anggota perusahaan adalah hanya menerima uang dari perusahaan tempat bekerja, serta menolak menerima uang atau barang dari pihak-pihak yang berurusan dengan perusahaan, apalagi dari sesama anggota perusahaan, baik dari atasan, dari bawahan, maupun dari rekan kerja. Jujur itu tidak menerima uang suap (bribery) dan tidak juga menyuap. Para petugas lapangan PLN sudah mencantumkan “No Tip” di dadanya. Para petugas PLN kantoran harus tegas mengatakan “kami tidak mau menerima hadiah” kepada tamunya, baik saat bertemu di kantor maupun di luar kantor. Jujur termasuk ketika berurusan dengan data, menyajikan data apa adanya, tidak diatur-atur supaya datanya bagus. Dengan mengungkap data apa adanya, maka kita bisa dengan mudah dan benar mengukur pencapaian kita, dan dengan mudah memperbaikinya ke arah yang lebih baik dengan cara yang benar pada area yang benar.

Cakap atau kompeten adalah mampu melaksanakan tugas yang diembannya. Kalau seseorang merasa belum cakap dalam bidang tugasnya, dia bisa belajar dari rekan kerjanya, atau minta dilatih ke atasannya. Kalau seorang atasan melihat ada anak buahnya yang belum cakap, maka ia wajib melatih anak buahnya. Kecakapan itu pada dasarnya melekat pada setiap anggota perusahaan, namun terlihat sebagai kecakapan kelompok manakala telah dibakukan dan dibekukan dalam bentuk sistem and prosedur, dan kemudian diwariskan dari generasi ke generasi. Kecakapan bisa berupa soft skill dan hard skill, sebagaimana diuraikan di Direktori Kompetensi PLN.

Bersemangat maksudnya berkeinginan kuat untuk menyelesaikan pekerjaan dan membuahkan hasil, melalui ketekunan dalam menjalankan tugas. Bagi sebagian orang, semangat bisa timbul dari rangsangan eksternal, seperti iming-iming hadiah material, kenaikan pendapatan atau sekedar tepuk bahu dibarengi pujian (reward), bahkan kadang perlu ada ancaman hukuman (punishment). Rangsangan eksternal ini sering digambarkan dalam bentuk ikatan wortel (carrot) yang digantung di depan keledai untuk merangsang keledai berlari mengejar wortel, dan tongkat pemukul (stick) yang siap dipukulkan ke kaki keledai manakala sang keledai enggan berlari. Munculah pasangan kata reward and punishment atau stick and carrot. Sebagian orang lagi sudah melewati, he he he, “fase keledai”, ia tidak butuh stick and carrot, ia sudah bisa membangunkan semangat dari internal dirinya, ia disebut self-motivated person. Ia manusia yang memiliki self esteem. Ia tidak memerlukan iming-iming apapun, bahkan kadang ia melakukan sesuatu kebaikan untuk perusahaan secara diam-diam, untuk menghidari mendapat pujian dari orang lain. Ada proses spiritual pada dirinya sehingga ia bermetamorfosa dari “fase keledai” (he he he, sorry untuk istilah guyonan ini) menjadi manusia self-motivated.

Dengan modal manusia-manusia PLN yang jujur, cakap dan bersemangat, cita-cita menjadi perusahaan energi raksasa Asia akan tercapai melalui penyempurnaan proses bisnis berkelanjutan, perbaikan interaksi internal antar insan dan antar bagian perusahaan, maupun perbaikan Interaksi dengan pemasok dan pelanggan.

Nur Pamudji

CEO PLN

No comments:

Post a Comment