Thursday, July 16, 2009

Berharap U Hanya Dapat L?

Kamis, 16 Juli 2009
Berharap U Hanya Dapat L?

Semester 2009 sudah lewat. Kesimpulannya jelas: skenario “U” dalam upaya pemulihan ekonomi tidak terjadi. Ketika negara-negara maju di seluruh dunia menggenjot stimulus ekonomi dengan dana yang luar biasa besar, dunia berharap perkembangan ekonomi akan mirip huruf “U”. Yakni, terjun ke bawah dengan sangat tajam, tapi segera naik lagi, pulih seperti sedia kala. Huruf “U” itu diharapkan mulai terlihat bentuknya di akhir semester I, 30 Juni 2009 lalu.

Kini para ahli sudah tidak berharap lagi akan mendapatkan “U”. Tiongkok sudah segera merumuskan strategi ekonomi yang lebih baru pada Juli ini. Langkah cepat dilakukan Tiongkok setelah melihat bahwa tidak ada tanda-tanda kenaikan permintaan dari Amerika Serikat. Tiongkok, yang tahun lalu memompa stimulus untuk proyek-proyek dalam negeri, kini lebih mempertajam pengembangan ekonomi domestik. Jumlah penduduknya yang seperlima penduduk dunia dalam masa krisis ini bisa menjadi kekuatan pasar untuk industri dalam negerinya.

Tiongkok mencatat stimulus yang mencapai USD 500 miliar itu sebagian ternyata dinikmati pihak luar negeri. Singapura, misalnya, semester I tahun ini sudah jauh lebih baik daripada yang diperkirakan. Maklum, pada semester II tahun lalu Singapura sampai minus 10 persen sehingga banyak yang pesimistis akan kondisi semester I tahun ini. Tapi, besarnya stimulus di Tiongkok ternyata secara tidak langsung membawa berkah sampai ke Singapura. Permintaan Tiongkok akan barang dan jasa dari Singapura ternyata amat besar untuk ukuran Singapura. Singapura yang perbaikan ekonominya lebih cepat daripada negara maju lain, antara lain juga karena bisa memanfaatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia, yang untuk ukuran sekarang termasuk yang terbaik di dunia.

Kita yang di Indonesia memang kurang merasakan pahitnya krisis. Apalagi, ada pemilu yang bermacam-macam yang bisa menolong menggairahkan peredaran uang. Tiongkok, India, dan Indonesia memang lagi menjadi bintang ekonomi dunia. Semula saya ikut berharap begitu selesai pemilu, ekonomi Indonesia langsung bisa tancap gas. Tapi, kenyataan yang ada menunjukkan bahwa keberhasilan pemilu ternyata tidak memberikan kejutan apa-apa. Indeks harga saham gabungan justru sempat turun di bawah 2.000. Nilai rupiah juga biasa-biasa saja.

Dengan hilangnya harapan terhadap skenario “U” dan tidak adanya lonjakan ekonomi apa-apa setelah pemilu, kita dihadapkan pada skenario-skenario berikutnya. Kita harus mewaspadai skenario mana yang akan terjadi. Lalu apa yang harus kita lakukan untuk setiap pribadi, perusahaan, dan negara.

Secara global, kini tinggal tersedia dua jenis skenario: pertama skenario “W-lama” dan kedua skenario “L”. Yang dimaksud dengan “W-lama” adalah huruf W yang ketika menuliskan bagian tengahnya tidak perlu naik setinggi bagian depan dan bagian belakangnya. Maksudnya, ketika ekonomi anjlok drastis, lalu diadakan stimulus di seluruh dunia, ekonomi bisa naik sedikit. Tapi, setelah itu segera anjlok lagi. Ini disebabkan bentuk stimulus yang kurang tepat.

Kalau skenario “W-lama” yang akan terjadi, sekarang ini kita justru berada dalam posisi menjelang jatuh lagi. Ini yang ramai dibicarakan di Amerika dan Inggris. Stimulus Obama dan Brown (PM Inggris Gordon Brown) dinilai kurang tepat sasaran. Tentu Obama menolak penilaian itu dengan mengatakan stimulusnya memang baru terlihat dalam jangka panjang. Namun, banyak pihak, terutama dari Partai Republik, yang sangat pesimistis. Bahkan, pendukung utama Obama sendiri, bos Berkshire Hathaway Warren Buffet, sudah menuntut Obama agar segera merancang stimulus kedua. Secara tidak langsung Buffet tentu ingin mengatakan bahwa dirinya tidak puas dengan hasil stimulus Obama. Obama tentu menolak usul itu karena tahun ini saja APBN Amerika sudah defisit lebih dari USD 1 triliun, terbesar dalam sejarahnya.

Orang seperti Buffet masih mengupayakan agar skenario W-lama yang kurang baik itu bisa terjadi. Kita boleh anjlok lagi, tapi sebaiknya jangan terlalu lama dan harus naik kembali seperti huruf W. Kalau bisa, huruf W itu mulai kelihatan bentuknya pada awal 2010. Kalau tidak, yang akan terjadi adakah skenario “L”. Dari krisis yang lalu tidak akan pernah bisa lagi naik kembali. Dari terjun ke bawah lantas jalan mendatar yang panjang.

Kalau saja 2010 tidak terbentuk skenario “W”, dampak krisis ini akan sangat panjang. Bisa jadi pada 2011 terjadi banyak hal: banyak negara berlomba mengatasi krisis dengan mencetak uang. Tidak ada jalan lain lagi. Ini akan berarti inflasi terjadi di mana-mana. Hanya komoditas emas yang aman. Dunia akan sangat kacau.

Skenario “U” sudah pasti tidak akan terjadi. Hasil semester I 2009 sudah mengatakan hal itu. Kini kita tinggal berharap skenario “W” yang lagi diusahakan bersama-sama. Kalau tidak, dunia harus siap-siap memikul huruf “L”.

Bagaimana dengan Indonesia” Saya tidak tahu kecepatan memutuskan dan bertindak Presiden SBY. Apalagi, sejumlah kambing hitam toh sudah tersedia. Misalnya, pemerintah sekarang ini lagi dalam masa transisi. Tapi, tidak ada salahnya kita segera mengamati apa yang dilakukan Tiongkok akhir Juli ini. Lalu, kalau malas berpikir, meng-copy-nya untuk disesuaikan dengan iklim Indonesia. Batu bara dan gas benar-benar harus segera diatur untuk sebesar-besarnya kepentingan dalam negeri. Bukan karena JK (Jusuf Kalla) mengatakan itu dan Prabowo geregetan karena itu, tapi memang harus diakui ide itu sangat baik untuk dilaksanakan siapa pun yang memenangi pemilu.

Tiongkok, Indonesia, India, dan ditambah Brazil dan beberapa negara Timteng memang berada dalam kondisi masih baik. Tapi, kekuatan seluruh negara ini hanya sekitar 30% kekuatan dunia. Tidak mungkin negara-negara yang masih baik ini bisa diharapkan menolong negara maju. Ibarat katak tidak mungkin menggendong gajah. Negara-negara maju tahu hal itu dan tidak banyak berharap dari situ.

Lalu apa yang harus dilakukan para pengusaha dan perseorangan penduduk Indonesia” Kita harus kembali berkonsentrasi kepada nasib kita masing-masing. Sejelek-jelek keadaan tidak akan menimpa semua orang dan semua perusahaan. Sejelek-jelek keadaan tetap saja siapa yang bekerja lebih keras, hidup lebih terkontrol, dan pikiran lebih optimistis dialah yang akan terhindar dari kesulitan itu.

Lupakan janji-janji dari siapa pun, betapa indah dan kuatnya janji itu. Ujung-ujungnya kita sendiri, setiap pribadi dan perusahaan, yang akan menanggung segala akibat yang terjadi. Biarkan orang lain pro-L, kita sendiri harus pro-W. (*)

No comments:

Post a Comment