1 Januari 2010 Nelayan Bebas Retribusi
Hadiah Tahun Baru dari Fadel Muhammad
Kelompok masyarakat yang paling menantikan datangnya tahun baru kali ini adalah ini: jutaan nelayan. Mengapa?
Mulai 1 Januari 2010 minggu depan, semua nelayan di seluruh
Indonesia dibebaskan dari segala macam bentuk pembayaran retribusi. Ini
bukan saja berita besar bagi nelayan yang miskin itu. Tapi, ini adalah
sejarah baru bagi Indonesia: retribusi ternyata bisa dihapus.
Jangan-jangan, retribusi lain sebenarnya juga bisa dihapus!
Selama ini, meski semua orang mengakui nelayan adalah kelompok
masyarakat yang berpenghasilan paling rendah, pemda-pemda masih
“memeras” mereka dengan berbagai bentuk retribusi: ada retribusi
tangkapan, ada retribusi angkutan ikan, ada retribusi lelang ikan, dan
(bagi petani tambak) ada retribusi tambak.
Ide menghapus retribusi nelayan itu datang dari Menteri Perikanan dan
Kelautan Ir Fadel Muhammad. Ini tentu ide yang amat radikal dan
orisinal. Tentu saja awalnya ide brilian Fadel tersebut ditentang
seluruh gubernur dan bupati/wali kota. Tapi, Fadel cuek saja. Dia sadar
semua ide brilian pasti mendapat tentangan.
Tidak kepalang tanggung, para gubernur mengadu ke Presiden SBY saat
mereka bertemu presiden di Palangkaraya bulan lalu. Ini gara-gara Fadel
mengirimkan surat edaran kepada seluruh gubernur agar menghapuskan
retribusi nelayan. Gubernur/bupati/wali kota merasa pendapatan asli
daerah mereka terancam hilang. Padahal, daerah selalu mengagung-agungkan
pendapatan asli daerah.
Namun, Presiden SBY membela Fadel. Sebab, Fadel memang lebih dulu
melaporkan rencana kerjanya itu kepada presiden sampai dua kali.
“Nelayan itu kelompok masyarakat paling miskin. Kok tega-teganya masih
dipungut berbagai retribusi,” ujar Fadel kepada saya dalam penerbangan
dari Surabaya ke Jakarta kemarin petang. “Di Gorontalo, sewaktu saya
jadi gubernur di sana, saya bebaskan nelayan dari macam-macam retribusi
itu. Hasilnya nyata. Nelayan mengalami peningkatan pendapatan. Mereka
lebih bergairah mencari ikan,” tambahnya.
Kini Fadel rajin keliling daerah untuk memasyarakatkan idenya
menghapus berbagai pungutan itu. Terutama menemui gubernur dan
bupati/wali kota yang memprotesnya. Fadel selalu merayu kepala daerah
itu agar menyadari bahwa mereka bekerja untuk rakyat miskin. “Ini ada
rakyat miskin kok dipunguti,” katanya.
Fadel mengingatkan bahwa pendapatan daerah dari retribusi ikan itu
sungguh tidak seberapa. Mungkin untuk perjalanan dinas pejabatnya saja
tidak cukup. Karena itu, kepala daerah harus merelakannya. Tapi, Fadel
juga memberi jalan keluar kepada para kepala daerah itu. “Pendapatan
asli daerah yang hilang itu akan saya ganti,” katanya.
Diganti dari mana” “Saya akan berikan DAK sebesar kehilangan mereka,”
katanya. Dia mencontohkan Kabupaten Pasuruan yang kemarin dia kunjungi.
“PAD dari retribusi nelayan kurang dari Rp 500 juta,” katanya. “Bagi
pemda, itu kan kecil. Tapi, bagi nelayan itu uang besar,” tambahnya.
Menurut Fadel, adalah wewenang menteri untuk menambah atau mengurangi
DAK. Fadel sudah menghitung anggaran DAK yang ada di kementeriannya
cukup untuk mengganti pendapatan asli daerah mereka yang hilang.
Demikian juga provinsi seperti Jawa Tengah. Dia sudah menemui Gubernur
Bibit Waluyo. Penghasilan Jateng dari menarik retribusi ikan ini
mencapai Rp 14 miliar setahun. “Akan saya ganti Rp 20 triliun. Asal
jangan memungut lagi dari nelayan,” katanya.
Selama ini nelayan yang melaut langsung dipungut retribusi Rp 1 juta
untuk setiap perahu yang merapat ke pelabuhan. Lalu, ketika ikan itu
diangkut dari pelabuhan ke tempat pelelangan ikan, dipungut lagi
retribusi angkutan. Ketika ikan dilelang di pelelangan, dipungut lagi
retribusi pelelangan. “Mulai 1 Januari nanti, nelayan tidak akan
dipungut apa pun lagi,” kata Fadel.
Para gubernur dan bupati, kata Fadel, kini sangat bergembira. Sebab,
mereka bisa ngomong kepada nelayan bahwa mereka bisa membebaskan nelayan
dari segala macam bentuk retribusi. Hanya, Fadel juga punya tujuan
lain: meningkatkan produktivitas nelayan dan petambak. Kabupaten yang
bisa meningkatkan produksi ikannya akan mendapat tambahan DAK. Kabupaten
yang menurun produksi ikannya akan dia potong DAK-nya. Latar belakang
Fadel yang pengusaha ternyata menolong melakukan hitungan-hitungan yang
cermat.
Saya tentu kagum dengan terobosan radikal dan orisinal seperti ini.
Tapi, bagaimana kalau ide Fadel ini terdengar para petani? Lalu semua
petani juga minta agar retribusi yang dikenakan kepada mereka dihapus?
Bagaimana pula kalau terdengar sektor lain? “Terserah menterinya. Tapi,
kalau saya menterinya akan saya kasih. Uangnya ada kok,” katanya. Tahun
baru tinggal beberapa hari lagi. Hidup nelayan nusantara! (*)
No comments:
Post a Comment