Tuesday, May 25, 2010

Target yang Bisa Bikin Bunuh Diri

Selasa, 25 Mei 2010, 01:32:00
Target yang Bisa Bikin Bunuh Diri

TARGET PLN Atasi Krisis Tak Tercapai. Itulah judul berita di harian Kompas, Rabu 19 Mei lalu. Di Ambon sejumlah orang demo di kantor PLN dengan alasan PLN gagal memenuhi target mengatasi krisis listrik setempat.

Kapan sih target itu sebenarnya? Menko Ekuin sering menegaskan: tahun 2010 ini. Artinya, sebenarnya, masih ada waktu tujuh bulan lagi untuk mengatakan "target tidak tercapai". Presiden SBY pernah menegaskan: Oktober tahun 2010 ini. Itu berarti masih ada waktu lima bulan.

Saya, sebagai CEO PLN, berkali-kali menegaskan: 30 Juni 2010. Artinya, masih ada waktu sebulan lebih lagi untuk dikatakan "gagal mencapai target". Mungkin, pendemo di Ambon itu mempunyai target sendiri. Barangkali, target mereka adalah pada hari mereka berdemo itu.

Kompas mungkin juga punya target sendiri: tanggal 19 Mei 2010 itu. So what? Intinya, sebenarnya bukan soal kapan target mengatasi krisis listrik itu. Intinya adalah: orang sudah tidak percaya bahwa PLN akan bisa mengatasi krisis yang sudah sangat berat dan menahun itu! Ummul masalah-nya adalah no trust at all.

Jangankan orang luar, banyak orang dalam PLN sendiri yang sudah kehilangan kepercayaan diri. Sudah seperti si pincang di depan si lumpuh. Betapa banyak SMS yang saya terima dari kalangan PLN sendiri yang isinya meragukan bahwa kita mampu mencapai target itu. Bahkan, ada SMS dari kalangan PLN sendiri yang langsung berkesimpulan: PLN bunuh diri!

Maka, di samping bekerja keras mengatasi krisis listrik di seluruh penjuru Nusantara, pimpinan PLN harus bekerja keras mengatasi hilangnya rasa percaya diri di kalangan sendiri. Tapi, syukurlah. Masih terlalu banyak manajer PLN "yang punya nyali". Mereka ini menyadari bahwa kekalahan perang sering bukan karena kalah amunisi, tapi karena hilangnya kepercayaan diri.

Saya melihat sendiri bagaimana para kepala divisi dan staf ahli di direktorat Indonesia Barat dan Timur memobilisasi kemampuan yang ada. Saya melihat bagaimana para manajer di kota-kota dan kabupaten krisis itu membuktikan diri. Kalau dilihat dari kacamata dan sudut pandang Jakarta, memang rasanya mustahil mereka bisa mengatasi persoalan yang begitu berat. Tapi, "Purwodadi kuthane, sing dadi nyatane". Yang penting kenyataannya.

Secara bertahap, tim PLN itu ternyata bisa menyelesaikan krisis di Medan yang begitu parah, yang masyarakatnya sudah sering demo dan mengancam. Manajemen PLN juga bisa menyelesaikan krisis di Tanjungpinang yang masyarakatnya sudah begitu marah sampai-sampai pernah menjemur manajer PLN yang ada di sana.

Di tempat lain, tim PLN bisa menyelesaikan krisis di Makasar, Bali, Kaltim, Kendari, dan banyak lagi. Bahkan, Ambon pun dua minggu yang lalu sudah teratasi. Rasanya seperti hal yang mustahal bahwa krisis listrik di Ambon bisa diatasi justru sebelum target waktu terlewati.

Sampai tanggal 30 Mei 2010 nanti, praktis tinggal dua wilayah yang masih krisis: Palu dan Lombok. Persoalan pada dua-duanya luar biasa besar. Juga luar biasa sulit mengatasinya. Nasib dua daerah itu begitu jelek sehingga sulit sekali mencarikan jalan keluarnya.

Akankah dua daerah itu menjadi lambang kegagalan penyelesaian krisis listrik Indonesia? Bagaimana menyelesaikannya? Mungkinkah dua daerah tersebut akan menjadi ibarat nila dua titik merusak susu berbelanga-belanga? Dengan sisa waktu yang tersedia, masih sempatkah berbuat banyak? Bukankah waktunya tinggal satu bulan? Bisakah dalam waktu sebulan persoalan luar biasa besar teratasi? Sulapan macam apa yang akan dilakukan?

Ibarat drama, Palu dan Lombok itu akan jadi adegan yang sangat menegangkan. Ibarat pertandingan sepak bola, posisi PLN masih tertinggal 0-2, padahal waktu pertandingan tinggal 2 menit. Sebuah pertaruhan yang memang bisa berarti bunuh diri! (*)

No comments:

Post a Comment