Saturday, May 3, 2008

Berebut Kursi Emas dari Kalimantan

Sabtu, 03 Mei 2008,
Berebut Kursi Emas dari Kalimantan
Oleh Dahlan Iskan

Inilah perkembangan terbaru politik Malaysia yang akan ikut menentukan nasib Pulau Kalimantan. Posisi politik bagian utara Pulau Kalimantan itu kini lagi berubah. Ya, kita lagi bicara Sabah dan Sarawak dalam kaitannya dengan hasil Pemilu Malaysia. Tetangga Kaltim dan Kalbar itu kini lagi jadi gadis cantik di mata politisi Malaysia. Nasib bagian utara Kalimantan itu di mata pemerintah pusat Malaysia, kelihatannya, akan lebih baik daripada posisi Kaltim di mata pemerintah pusat Indonesia.

Penganaktirian pemerintah pusat Malaysia terhadap wilayahnya di bagian utara Kalimantan (Sabah dan Sarawak) segera berakhir. Gara-garanya, pemerintahan UMNO pimpinan Abdullah Badawi babak belur dalam pemilu terakhir. UMNO yang berkuasa sejak negeri itu didirikan pada 1957 selalu memenangkan pemilu melebihi 2/3 kursi parlemen (syarat untuk bisa membuat keputusan apa pun) memang masih mayoritas. Tapi kini sudah tidak 2/3 lagi. Di antara 222 kursi parlemen (Dewan Rakyat) itu, kini yang 88 diduduki gabungan partai oposisi. Dan di antara anggota Dewan Negara (senat), oposisi meraih 196 kursi meski UMNO masih memenangi 307 kursi.

Selain itu, lima di antara 13 negara bagian dan satu daerah khusus federal (Kuala Lumpur/Labuan/Putrajaya) kini dimenangi dan diperintah oleh oposisi. Termasuk daerah khusus federal yang begitu penting. Di ibu kota Malaysia itu, oposisi mendapatkan 10 kursi, sedangkan UMNO hanya 3 kursi.
Memang, UMNO masih menguasai sembilan negara bagian. Tapi, 2 di antara 9 negara bagian itu adalah Sabah dan Sarawak.

Dengan demikian, posisi politik Sabah dan Sarawak kini justru jadi penentu perpolitikan nasional Malaysia. Kalau saja Sabah dan Sarawak beralih dukungan ke kelompok oposisi, UMNO sudah kalah mutlak. Sebab, jumlah kursi dari Sabah dan Sarawak sangat banyak dan kemenangan UMNO di situ sangat telak. Sabah dan Sarawak mendapatkan jatah 52 kursi di antara 222 kursi parlemen. Dan di antara 52 kursi itu, oposisi hanya dapat 2 kursi. Satu di Sabah dan satu di Sarawak.

Kini UMNO menduduki 140 kursi di antara 222 kursi, sedangkan kelompok oposisi menduduki 82 kursi. Kalau 50 kursi dari Kalimantan itu beralih ke Anwar Ibrahim -pimpinan puncak oposisi- posisi suara di parlemen sudah terbalik: 132 oposisi, 90 UMNO.

Matematika kursi itulah yang kini lagi jadi kasak-kusuk di seluruh negeri. Kecurigaan dan harapan juga jadi pembicaraan sampai ke kedai kopi: siapa akan pindah kapal dan siapa yang akan bertahan. Ancaman banyaknya anggota DPR yang akan pindah kapal itulah, yang membuat posisi Badawi menjadi tidak kukuh lagi.

Anwar memang berusaha keras untuk merayu anggota parlemen dari Kalimantan. Anwar memang belum mungkin menjadi kandidat perdana menteri karena syarat bisa duduk di kursi itu harus sedang jadi anggota DPR. Tapi, Anwar bisa menunjuk orang lain yang akan taat kepadanya. Contoh pemerintahan setengah boneka seperti ini sudah ada dua hanya dalam satu tahun ini. Thaksin (mantan PM Thailand Thaksin Shinawatra) yang tetap mengendalikan Thailand dari luar dan Putin (Vladimir Putin) yang tetap menjadi orang nomor satu Rusia meski dia sudah “turun jabatan” dari presiden ke perdana menteri.

Di pihak lain, Badawi berusaha keras mempertahankan posisinya. Berbagai tawaran dia berikan kepada rakyatnya di bagian Kalimantan. Bisa dibayangkan betapa “mahal” harga kursi dari Kalimantan itu. Para politisi negeri tersebut tiap hari kini menghitung siapa lari ke mana. Memang, mereka terikat pada kesepakatan di dalam UMNO. Tapi, perkembangan terbaru itu bisa membuat kesepakatan apa pun akan diabaikan.

Badawi tentu tahu itu. Karena itu, dia mengambil langkah tebar pesona secara cepat: harga BBM di Sabah dan Sarawak diturunkan lebih murah daripada harga BBM di semenanjung. Sejak seminggu yang lalu, harga BBM di wilayah timur Malaysia itu diturunkan 8 sen/liter (sekitar Rp 250).

Penurunan tersebut akan terasa sangat besar mengingat seharusnya harga BBM justru dinaikkan di tengah-tengah harga minyak mentah dunia yang terus menuju langit sekarang ini.

BBM, kelihatannya, memang jadi senjata politik di Malaysia maupun di Indonesia. Pemerintah Indonesia sendiri kini menjadi tidak rasional karena mempertahankan harga BBM yang sekarang. Semua orang tahu bahwa kebijaksanaan itu akan membuat APBN jebol dan pembangunan perekonomian negara di masa depan kehilangan landasan baik.

Cukupkah sweetener yang ditawarkan Badawi untuk mengamankan “42 kursi emas” dari Kalimantan itu? Belum tentu. Sebab, perasaan rakyat Sabah dan Sarawak yang selama ini merasa dianaktirikan sudah sangat mendalam. Bahwa mereka tetap berada di dalam UMNO karena selama ini tidak melihat ada potensi sama sekali untuk beroposisi. Partai oposisi yang eksis selama itu adalah PAS yang karena ideologinya yang serba syariah tidak disukai oleh mayoritas rakyat Sabah dan Sarawak yang lebih heterogen.

Tapi, dengan adanya gabungan partai oposisi yang lebih terbuka seperti yang dipimpin Anwar Ibrahim, pandangan mereka akan berubah. Apalagi dalam kampanyenya selama ini Anwar selalu membela belahan utara Kalimantan itu dengan janji memperjuangkan kemajuan Sabah dan Sarawak secara lebih nyata. Anwar juga berjanji mengalirkan dana hasil minyak ke Sabah dan Sarawak sampai 20 persen dari yang dihasilkan wilayah tersebut. Janji itu jauh lebih besar daripada realisasi yang dilakukan selama ini. Pemerintah pusat selama ini hanya mengembalikan hasil minyak wilayah timur itu sebesar 5 persen saja. Padahal, Sabah dan Sarawak adalah penghasil 70 persen minyak Malaysia.

Kini nasib pembangunan wilayah utara Kalimantan itu tergantung sepenuhnya pada para wakil rakyat dan pemerintah di dua negara bagian tersebut. Apakah mereka benar-benar akan memikirkan pembangunan wilayahnya atau lebih memilih tawar-menawar politik yang hanya akan menguntungkan pribadi-pribadi masing-masing. Dua-duanya kini tersedia di depan mereka. Sebab, kursi mereka kini kursi yang bisa dijual mahal sekali.

Atau tetap saja pusat yang lebih menang karena pusat juga tahu bahwa pimpinan-pimpinan dari Kalimantan itu sangat mudah dipecah belah dan sangat mudah digoda dengan kedudukan dan kenikmatan. Salah satu di antara mereka kini sudah mendapat kedudukan empuk sebagai ketua parlemen.

Nasib Pulau Kalimantan, setidaknya di bagian utaranya, kayaknya, akan berubah drastis. Rakyat di bagian lain Pulau Kalimantan -setidaknya tetangga dekatnya seperti Kaltim, Kalbar, dan Kalteng- juga akan mendapatkan tambahan hak: hak untuk menitikkan air liur sebanyak-banyaknya. (*)

No comments:

Post a Comment