Thursday, July 24, 2008

Biaya Harimau Naik Jadi Puluhan Miliar

Kamis, 24 Juli 2008
Biaya Harimau Naik Jadi Puluhan Miliar
Oleh: Dahlan Iskan

Di antara dua harimau Sumatera yang dilepaskan ke hutan Tambling, Lampung Selatan, Senin pagi lalu (21/7), yang satu kelihatannya masih belum menetapkan wilayah kekuasaan. Yakni, harimau yang muda, yang dilepaskan belakangan. Setelah hari pertama berlari sejauh 2,5 km menjauhi tempatnya dilepaskan, hari kedua kemarin (23/7) berlari jauh lagi, tapi justru mendekat ke titik pelepasan.

“Kini dia berhenti di titik sekitar 400 meter saja dari tempat pelepasan,” ujar Tony Sumampauw yang jadi konsultan konglomerat Tomy Winata dalam proyek penyelamatan hutan dan harimau Sumatera itu. Sedangkan harimau yang lebih tua sudah menetap di areal 1,6 km dari titik awal.

Tony bisa mengikuti semua pergerakan harimau itu dengan menggunakan sinyal GPS. Sebab, di leher harimau tersebut memang dibelitkan kalung kulit yang di dalamnya tersimpan chip pengirim sinyal ke satelit. Kalung itu agak berat, sampai 1,2 kg. Apakah kalung itu tidak mengganggu kenyamanan si harimau? “Tidak. Yang penting berat kalung tidak boleh lebih dari 2 persen dari berat harimau,” katanya.

Bahwa yang muda belum menentukan wilayah kekuasaan, menurut Tony, karena dia lebih hati-hati agar tidak mengganggu wilayah kekuasaan harimau setempat. Apakah mereka sudah makan? Menurut Tony, ternyata belum. Artinya, sampai kemarin, sudah empat hari harimau itu belum makan. “Harimau bisa tidak makan sampai satu minggu. Lapar bukan satu-satunya penyebab munculnya keinginan untuk makan,” katanya. “Biarpun lapar, kalau keadaan lagi tidak memungkinkan, dia tidak mau makan. Sedang stres saja tidak mau makan. Mungkin, dua harimau itu masih stres,” tambahnya.

Sekali makan, harimau bisa menghabiskan 12 kg daging. Kalau binatang tangkapannya lebih dari 12 kg, dia akan menyimpan sisanya untuk dimakan tiga hari kemudian. Dia akan menyisihkan daging yang sudah busuk dan makan daging yang agak baik.

Harimau sebenarnya binatang yang gampang sekali berbiak. Sebab, masa hamil harimau hanya 90 hari. Sekali melahirkan bisa sampai lima anak, meski yang terus hidup biasanya dua hingga tiga ekor. “Mirip sekali dengan kucing,” katanya. Bahwa sekarang harimau Sumatera terancam punah, itu karena konfliknya dengan manusia.

Harimau Bali, misalnya, sudah sangat lama punah. Sedangkan harimau Jawa menyusul punah pada 1974-an. “Harimau Jawa terakhir ditembak pemburu tahun 1974 di daerah Meru Betiri, Jember,” ujarnya. Yang menembak sekarang masih hidup meski sudah amat tua.

Yang disayangkan Tony adalah kita tidak sempat menyelamatkan DNA dan spermanya. “Saya menyesal sekali tidak bisa mendapatkan sel atau sperma harimau Jawa,” ujar Tony. Untuk menghadapi terulangnya kasus harimau Jawa dan Bali, Tony kini sudah menyimpan sel dan sperma harimau Sumatera. Yakni di bank sperma miliknya yang terjaga di dalam kotak dengan suhu di bawah 30 derajat.

Pembiakan harimau juga mudah karena harimau betina sangat agresif. Kalau lagi berahi, harimau betina akan terus menggoda harimau jantan. Bahkan berani memasuki wilayah harimau jantan dengan cara terus mengencingi berbagai tempat di wilayah harimau jantan. Lalu, kalau yang jantan sudah tergoda, keduanya akan terus runtang-runtung selama sekitar dua minggu. Selama dua pekan itulah, mereka terus-menerus kawin. “Satu hari mereka bisa kawin 30 kali,” ujar Tony. “Karena itu, banyak orang yang percaya kemaluan harimau punya kekuatan seks sehingga banyak yang memburunya,” tambah Tony.

Habis berapa rupiahkah Tomy Winata untuk proyek penyelamatan harimau itu? “Saya sudah dalam posisi tidak bisa mundur lagi,” ujar Tomy Winata yang biasa dipanggil TW itu. “Sudah sepuluh tahun saya memelihara dan menjaga hutan lindung ini,” kata TW. Itu berarti sudah sekitar Rp 60 miliar uangnya diabdikan ke pemeliharaan dan penjagaan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan tersebut. Sudah tiga minggu ini konglomerat Tomy selalu berakhir pekan di dalam hutan lindung di pojok wilayah Lampung paling selatan itu. Apalagi akhir pekan kemarin, kesibukannya di hutan itu meningkat tajam.

Harimau Sumatera adalah binatang yang dilindungi karena terancam punah. Di seluruh Sumatera kini tinggal sekitar 200 ekor. Itu pun dalam keadaan terdesak karena rusaknya kawasan hutan di seluruh Sumatera.

“Konflik di Aceh kini meningkat. Yakni konflik antara manusia dan harimau,” ujar seorang petugas dari Departemen Kehutanan. Banyak harimau Sumatera di Aceh yang masuk ke kampung untuk mencari makan dan ini mengakibatkan konflik di antara dua jenis makhluk Tuhan itu.

“Saya tidak menduga kalau akan habis puluhan miliar rupiah begini,” ujar TW. “Proposal yang diajukan ke saya dulu hanya Rp 1,5 miliar,” tambahnya sambil tertawa. “Tapi, saya sudah telanjur memberikan komitmen untuk menyelamatkan harimau Sumatera ini. Saya tidak bisa mundur lagi,” katanya kepada tamu-tamunya akhir pekan lalu.

Tomy lantas mengajak tamunya melihat persiapan pelepasan harimau itu ke dalam hutan bebas. Termasuk persiapan pelepasan kura-kura yang sudah berukuran hampir satu meter yang ditangkap penduduk. Juga melihat-lihat hasil penanaman pohon di bagian-bagian gundul di hutan itu.

“Target saya menanam pohon 10.000 setahun. Hutan lindung ini sudah telanjur pernah dirambah penduduk. Harus dikembalikan lagi ke bentuk asalnya,” kata TW bersemangat. Untuk keperluan itu, TW mengerahkan helikopter superpumanya, pesawat-pesawat kecilnya, dan kapal-kapalnya.

TW juga mengupah orang untuk memunguti sampah plastik yang bertebaran di sepanjang pantai. Yakni plastik yang dibawa ombak dari laut lepas. TW juga menggaji 300 orang tenaga keamanan yang terus berpatroli di hutan itu untuk mencegah terulangnya penjarahan pohon, perburuan liar, dan pendudukan hutan oleh pendatang.

Karena di lokasi ini tidak ada sinyal telepon, TW terputus hubungan dengan kesibukan rutinnya. Kalau toh harus bertelepon, memang bisa menggunakan telepon satelit. Tapi, hal itu tetap membatasi geraknya di dunia bisnis. “Kalau sudah di sini, semua urusan lupa,” ujarnya.

Kini TW merencanakan pemasangan instalasi listrik tenaga matahari di hutan itu agar tidak perlu lagi ada bunyi genset untuk markasnya di situ. TW juga berencana meng-ISO-kan sistem penjagaan dan perlindungan hutannya di Tambling, Lampung, itu, terutama yang berkaitan dengan perawatan hutan yang sesuai dengan standar internasional. (*)

No comments:

Post a Comment