Wednesday, August 6, 2008

Hari Ini Tepat Satu Tahun Ganti Hati

Rabu, 06 Agustus 2008
Hari Ini Tepat Satu Tahun Ganti Hati
Sering Berdebar, Jauhi Pedas Bhut Jokolia India

Hari ini, tepat setahun yang lalu, saya menjalani operasi ganti hati. Hari ini, pukul 10.00, tepat setahun yang lalu, saya diberi pakaian warna biru pertanda saya sudah harus disiapkan untuk memasuki ruang operasi yang sangat menentukan apakah saya akan hidup atau mati.

Hari ini, tanpa perencanaan yang matang, saya harus terbang dari New Delhi ke Kashmir. Tentu bersama Robert Lai yang tepat setahun lalu ikut mengantarkan saya masuk ruang operasi. Robert Lai, teman warga Singapura itu, sebenarnya menentang saya pergi ke Kashmir. Sebab, sejak tiga hari yang lalu, kerusuhan antaretnis dan juga SARA meletus lagi di sana. Tapi, saya harus ke Kashmir untuk urusan yang tidak bisa ditunda. Memang belum tentu akhirnya saya bisa terbang ke Kashmir. 

Saya masih harus menunggu perkembangan sampai pagi hari ini. Tadi malam, sebagaimana bisa disaksikan di breaking news televisi CNN, kerusuhan meluas di Kashmir. Kalau tiga hari ini meletus hanya di wilayah Jammu, kemarin berkembang ke Shrinagar. Kalau keadaan tetap genting seperti itu, belum tentu pagi ini saya bisa mendarat di Shrinagar. Mulai kemarin sore bandara ditutup dan angkutan umum di Shrinagar dilarang beroperasi. Maka, pagi-pagi ini saya harus pergi ke Bandara New Delhi sambil menunggu perkembangan terakhir pagi ini.

Negara Bagian Kashmir memang bagian yang paling bergolak di India dari waktu ke waktu. Sudah puluhan tahun seperti itu. Shrinagar adalah ibu kota Negara Bagian Kashmir, tapi hanya untuk sembilan bulan. Pada waktu musim dingin atau salju, ibu kota pindah ke Jammu. Begitulah setiap tahun, ibu kotanya boyongan rame-rame.

Beberapa hari ini saya memang berada di India. Saya harus melakukan perjalanan mulai dari Kota Madras, New Delhi, Kashmir, Gujarat, Bombay, dan Bangalore. Itu berarti perjalanan keliling India yang besar itu mulai dari selatan, utara, timur, dan barat. Di samping urusan perusahaan, saya ingin tahu perkembangan India yang belakangan terus diunggul-unggulkan sebagai kisah sukses menyusul sukses yang diraih Tiongkok. Lantaran perkembangannya begitu fenomenal, dua negara dengan pertumbuhan tinggi itu sering disingkat dengan Chindia yang berarti China-India.

Bagaimanakah rasanya bisa melewatkan masa kritis setahun pertama setelah ganti hati?

Memang, untuk mencapai genap satu tahun itu, saya harus berjuang keras mempertahankan hati baru saya. Karena itu, semakin dekat genap masa satu tahun semakin berdebar-debar. Bisakah beberapa hari yang tersisa itu saya lewati dengan mulus?

Sejak seminggu yang lalu, rasa berdebar itu lebih keras daripada biasanya. Saya yang seumur hidup tidak pernah berulang tahun seperti merasa menunggu sesuatu yang patut diulangtahuni. Yakni ulang tahun genap satu tahun ganti hati. Saya menanti datangnya tanggal 6 Agustus seperti seseorang yang sedang memimpikan acara ulang tahun. Sampai-sampai di beberapa kesempatan, saya sering bicara kepada orang banyak bahwa “seminggu lagi genap satu tahun ganti hati”.

Demikian juga ketika tiga hari menjelang tanggal 6 Agustus itu saya diminta ikut rekaman acara Kick Andy lagi, saya mengatakan bahwa “tiga hari lagi saya genap satu tahun menjalani transplantasi hati”.

Bahkan, saya sering minta doa restu agar dalam beberapa hari menjelang “ulang tahun” ini saya tidak terkena flu atau sakit perut. “Saya sudah berhasil mempertahankan diri untuk tidak flu selama hampir satu tahun. Jangan sampai di hari-hari terakhir ini saya terkena flu,” kata saya di berbagai acara yang saya hadiri, termasuk di Kick Andy di Metro TV.

Alhamdulillah, sampai tadi malam, tepat setahun setelah ganti hati, saya belum pernah terkena flu. Saya memang dipesani agar dalam setahun setelah ganti hati tidak sampai terkena flu atau sakit perut. Kalau sampai kena dua penyakit tersebut, bisa-bisa itu pertanda bahwa ganti hati saya gagal. Karena itu, saya menjaga diri dengan amat keras untuk menghindari flu dan sakit perut.

Dua hari terakhir menjelang satu tahun itu, tantangannya lebih besar. Bukan saja saya harus ke India yang lagi musim hujan, tapi juga harus menghadapi makanan India yang serbapedas. Bukankah lombok paling pedas di dunia ada di India? Nama lombok itu Bhut Jokolia yang artinya lombok setan. Pedasnya sampai 1.080.000 SHU. SHU adalah satuan pedas, sebagaimana Celsius untuk temperatur. Di Indonesia, lombok yang paling pedas hanya 300.000 SHU.

Maka, selama di India saya harus hati-hati. Paling-paling saya hanya makan kare ayam. Atau ayam kare. Atau kare dan ayam. Mulai besok, karena sudah lewat satu tahun, baru saya akan mencoba makanan India yang lain pelan-pelan.

Ketika dalam perjalanan ke Metro TV pun, saya sudah waswas. Hujan lebat melanda Jakarta. Saya sangat khawatir itu akan membuat saya flu. Ternyata, saya bisa menghindari hujan berkat mobilnya bisa langsung masuk ke studio. Malam itu, saya dijemput satu keluarga di bandara Jakarta untuk diantar ke studio dan setelah acara selesai diantar kembali ke bandara untuk terus ke India.

Keluarga itu punya masalah dengan anak lelakinya yang terkena sakit liver. Berbagai dokter sudah didatangi, termasuk selama sebulan di Singapura. Karena sakitnya tidak beres, keluarga itu ngotot ingin bertemu saya. Tapi, waktu saya ya hanya antara bandara-Metro TV-bandara. Di sepanjang perjalanan itulah kami mengobrol tentang penyakit anaknya. Lalu, kami sepakat untuk pergi bersama-sama mencari jalan keluar yang lebih tepat dua minggu lagi.

Malam itu program Kick Andy mengundang orang-orang yang merasa terinspirasi setelah menonton program tersebut. Salah seorang di antaranya merasa terinspirasi sesudah menonton topik Ganti Hati yang menampilkan saya beberapa bulan lalu. Namanya Ayu dari Malang. Dia sudah tiga kali mencoba bunuh diri karena merasa tidak mampu keluar dari kemelut hidupnya. Antara lain hamil di luar nikah. Bahkan, dia bertekad akan bunuh diri sampai berhasil. Tapi, setelah menonton penayangan “ganti hati”, dia urungkan niat bunuh diri itu. Dia justru menyatakan akan mendonorkan bagian mana saja dari tubuhnya yang diperlukan orang lain. “Hidup ternyata tidak pernah sia-sia,” kata ayu. Saya tidak tahu kapan rekaman itu akan ditayangkan. Sebab, sebelum rekaman selesai, saya sudah harus kembali ke bandara untuk langsung ke India.

Memang, selama setahun ini, banyak sekali orang yang bertanya mengenai berbagai penyakit kepada saya.
Tentu selalu saya tegaskan bahwa saya ini bukan dokter. Tapi, mereka minta saya ikut membantu saran. Maka, tiada hari tanpa telepon atau SMS dari orang yang memerlukan pemikiran seperti itu. Beberapa di antaranya langsung minta diantarkan menjalani operasi. Sebagian sudah pada pulang. Dua orang di antaranya kini lagi di Tianjin menunggu pulang. Operasinya sudah berhasil.

Sebenarnya, saya akan melewatkan satu tahun ganti hati di Tiongkok. Di samping check up satu tahunan, juga menonton pembukaan Olimpiade. Ternyata, saya harus ke India sehingga tepat tanggal 6 Agustus saya berada di belahan utara India. Mudah-mudahan pagi ini kerusuhan mereda dan bandara tetap dibuka. Kalau tidak, saya akan langsung saja terbang ke Gujarat.

Kini saya memang lagi menulis buku yang akan saya beri judul Hati Baru. Inilah buku yang akan berkisah tentang bagaimana saya merawat dan menjaga hati baru saya selama satu tahun penuh sehingga bisa melewati tahun pertama yang amat menentukan gagal atau tidaknya ganti hati ini. Di buku itu juga akan saya ceritakan kesalahan apa saja yang pernah saya lakukan selama satu tahun ini. Sebenarnya, saya ingin bulan ini buku itu terbit. Tapi, kesibukan yang padat membuatnya tertunda. Sampai hari ini, baru selesai separonya. Mungkin baru bulan depan bisa hadir ke publik. (*)

No comments:

Post a Comment