Kerja Konkret Lewat Forum Kecil Antardaerah
Bercermin Ke Tarakan Dan Singkawang : Giatnya Daerah Untuk Membangun (3-Habis)
”Kegilaan” bupati dan wali kota bakal sia-sia bila birokrasi ”atasan”
egois. Catatan terakhir CEO Jawa Pos Dahlan Iskan ini juga membeberkan
bagaimana forum informal antarkabupaten atau kota yang berdekatan bisa
makin memfokuskan problem yang saling terkait.
BAYANGKANLAH ada walikota seperti Tarakan atau Singkawang di masa pra-otonomi daerah. Mereka, sesuai dengan penunjuk pusat, ingin memasukkan proyek-proyek seperti yang mereka laksanakan sekarang ke dalam Daftar Usulan Proyek (DUP). Apakah gerangan respon pusat ketika melihat DUP itu? Hampir dipastikan akan ditolak. Alasannya belum ekonomis. Bahkan mungkin tidak sempat dilihat. Dengan sebelah mata sekali pun.
BAYANGKANLAH ada walikota seperti Tarakan atau Singkawang di masa pra-otonomi daerah. Mereka, sesuai dengan penunjuk pusat, ingin memasukkan proyek-proyek seperti yang mereka laksanakan sekarang ke dalam Daftar Usulan Proyek (DUP). Apakah gerangan respon pusat ketika melihat DUP itu? Hampir dipastikan akan ditolak. Alasannya belum ekonomis. Bahkan mungkin tidak sempat dilihat. Dengan sebelah mata sekali pun.
Tapi pusat juga bukan satu-satunya hambatan. Di bawah pusat masih ada
birokrasi propinsi. Yang tentu juga lebih memperhatikan apa yang ada di
depan mata propinsi. Bisa saja DUP yang dimaksud sudah gugur ketika
masih berada di propinsi.
Di masa otonomi daerah pun barangkali juga tidak semulus itu kalau
birokrasi di propinsi tidak berubah. Kebetulan birokrasi propinsi di
Kaltim, terutama gubernurnya, sangat akomodatip terhadap “kegilaan” para
bupati dan walikotanya. Misalnya, ketika Walikota Tarakan menginginkan
bandaranya terus diperbesar, Gubernur Kaltim Suwarna AF justru bikin
pernyataan; “Bandara Tarakan harus bisa jadi embarkasi haji”. Tentu
Suwarna tidak hanya ngomong namun juga mengalokasikan anggaran dari
propinsi.
Ketika
Walikota Tarakan mengatakan ingin maju seperti Sabah, Gubernur Suwarna
malah mengatakan; “Tarakan harus bisa jadi Little Singapore”. Juga
dengan dukungan anggaran propinsi.
Memang ada persoalan manajemen kewilayahan yang hampir saja
mengganggu. Yakni ketika beberapa kepala daerah di bagian utara Kaltim
(walikota Tarakan, bupati Nunukan, bupati Bulungan, bupati Berau dan
bupati Malinau) sering melakukan kumpul-kumpul untuk membahas akan
menjadi apa belahan utara propinsi Kaltim ini. Mereka ingin bekerja sama
agar tidak ada fokus pembangunan yang tumpang tindih. Mereka
menginginkan antara satu kabupaten/kota dengan yang lain saling
menunjang. Karena itu tempat pertemuannya pun bergantian di antara
daerah itu. Pimpinan rapatnya juga bergilir.
Forum ini sempat menimbulkan desas-desus bahwa mereka akan mendirikan
propinsi Kalimantan Utara. Asap desas-desus itu tidak sepenuhnya tanpa
api. Memang ada beberapa orang yang ingin jadi gubernur di sana karena
tidak mungkin lagi bisa jadi gubernur di Samarinda. Tapi ternyata upaya
untuk menjadikan propinsi baru itu justru datang dari orang-orang
propinsi yang berasal dari utara. Bukan dari para kepala daerah itu
sendiri. Para bupati dan walikota di Kaltim utara justru menentang
pembentukan propinsi baru. Hal itu, kata mereka, justru hanya akan
memboroskan pikiran dan anggaran. Mereka tetap memilih forum informal
seperti yang sudah berjalan itu.
Gubernur Suwarna tidak terpancing dengan isu itu. Kalau Suwarna
terpancing barangkali suasananya menjadi keruh. Dengan gaya kepemimpinan
Gubernur Suwarna, masa-masa sulit mengenai kewilayahan seperti itu kini
terlewati dengan baik.
Singkawang yang di Kalbar, juga harus bersyukur. Kalbar kini punya
gubernur baru yang punya latar belakang pengusaha besar. Gubernur Kalbar
yang sekarang adalah CEO sebuah grup usaha konglomerasi di Jakarta.
Dengan latar belakang seperti itu sang gubernur tentu memiliki akal
sehat yang kuat. Dan hanya cukup memiliki tapi juga akan menegakkannya.
Maka sudah waktunya daerah-daerah di belahan utara Kalbar menempuh
apa yang dilakukan para bupati di Kaltim bagian utara. Kontak-kontak
antara bupati Bengkayang, Sambas dan walikota Singkawang harus intensip,
tanpa pemikiran untuk membentuk propinsi sendiri yang akan sangat
negatip.
Pembagian fokus pembangunan di antara tiga daerah tersebut harus
dibicarakan agar masing-masing memperoleh manfaat. Tanpa harus ada
dominasi atau supremasi di antara satu atas yang lain. Gubernur Kalbar
dengan latar belakang pengusaha besar tentu akan mendukungnya.
Kerjasama-kerjasama antar bupati di suatu kawasan tampaknya menjadi forum yang akan lebih berguna di samping keanggotaan mereka di Adeksi atau Apkasi. Forum kecil di antara kabupaten di suatu kawasan akan punya agenda yang lebih kongkrit bagi kemajuan daerahnya.
Saya juga pernah usul agar ada forum antar Bupati Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Malang karena daerah mereka ini hanya akan maju kalau ada jalan besar yang melintas di kawasan itu. Perjuangan bersama di antara mereka untuk mewujudkan jalan itu jauh lebih konkrit dibanding program apa pun yang mereka angan-angankan saat ini.
Kerjasama-kerjasama antar bupati di suatu kawasan tampaknya menjadi forum yang akan lebih berguna di samping keanggotaan mereka di Adeksi atau Apkasi. Forum kecil di antara kabupaten di suatu kawasan akan punya agenda yang lebih kongkrit bagi kemajuan daerahnya.
Saya juga pernah usul agar ada forum antar Bupati Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Malang karena daerah mereka ini hanya akan maju kalau ada jalan besar yang melintas di kawasan itu. Perjuangan bersama di antara mereka untuk mewujudkan jalan itu jauh lebih konkrit dibanding program apa pun yang mereka angan-angankan saat ini.
Ide pengelolaan bersama Teluk Tomini yang sempat dirintis Gubernur
Gorontalo Fadel Muhammad juga berangkat dari idealisme yang sama. Maka
kalau upaya itu gagal akibat egoisme di antara propinsi yang ada di
kawasan itu, bisa diulangi dengan basis kabupaten. Biarlah para
Bupatinya yang ambil inisiatip. Gubernurnya mendukung, mendorong dan
menyemangati.Memang, ada gubernur yang egois, ada bupati yang egois dan
ada tukangcukur yang egois. Namun anggap saja itu romantika untuk maju.
No comments:
Post a Comment