Thursday, April 8, 2004

Sesuatu yang Mustahil Terjadi di Era Pra Otomomi Daerah

8 April 2004
Sesuatu yang Mustahil Terjadi di Era Pra Otomomi Daerah
Bercermin ke Tarakan dan Singkawang: Giatnya Daerah untuk Membangun (1)

CEO Jawa Pos Group, Dahlan Iskan, juga rajin berkunjung ke berbagai daerah di Tanah Air, termasuk ke daerah-daerah yang jauh seperti Tarakan dan Singkawang. Berikut catatannya mengenai keinginan maju dua daerah tersebut.

INI tidak mungkin terjadi di era pemerintahan yang sangat sentralistik seperti zaman Orde Baru. Juga tidak mungkin terjadi kalau tidak ada otonomi daerah. Tarakan dan Singkawang adalah contoh yang sangat positif untuk dibicarakan. Dua kota kecil itu sama-sama berada di bagian paling utara Pulau Kalimantan. Tarakan di bagian paling utara Kaltim sedang Singkawang di bagian paling utara Kalbar. Tarakan dekat dengan negara bagian Sabah sedang Singkawang dekat dengan negara bagian Sarawak.

Kemajuan dua negara bagian di Malaysia Timur itulah yang diakui atau tidak telah memberikan inspirasi pada dua kota kecil tersebut untuk bosan dengan keterbelakangan dan muak dengan ketertinggalan. Sering mereka mempertanyakan: mengapa sama-sama di daratan Kalimantan dan hanya dipisahkan seutas garis perbatasan, kok yang di sisi Malaysia bisa begitu maju sedang yang di belahan Indonesia begitu-begitu saja.

Pertanyaan seperti itu sebenarnya sudah sangat lama mengganggu syaraf kepala mereka. Juga sudah lama menimbulkan rasa rendah diri menjadi bagian dari bangsa Indonesia. Namun di masa lalu pertanyaan seperti itu tidak mungkin bisa menemukan jawabnya.

Orang setempat dan tentu juga pemerintah setempat begitu tidak berdayanya. Mereka tidak mungkin mewujudkan inisiatif mereka sendiri karena segala sesuatunya harus sesuai dengan petunjuk atasan. Mereka juga sulit memperjuangkan usulan kemajuan karena proses DUP-DIP-Pimpro-dan tetek bengeknya selalu saja tidak bisa pro kepada daerah nan jauh seperti Tarakan dan Nunukan. Tentu jangan bicara soal Ternate, Merauke atau Gorontalo. Mereka lebih jauh lagi dari pusat kekuasaan dan juga jauh dari tetangga yang bisa merangsang syaraf kemajuan.

Dalam upaya untuk bosan pada keterbelakangan itu, Tarakan memang lebih beruntung dibanding Singkawang. Kota kecil di sebuah pulau yang besarnya 2/3 Singapura ini lebih dulu mendapat “orang yang tepat pada waktu yang tepat”. Tidak lama setelah berlakunya UU Otonomi Daerah, masa jabatan Walikota Tarakan habis. Lalu dipilih walikota baru. Terpilihlah seorang putra daerah yang punya wawasan global. Ia seorang dokter, namun sudah lama terjun di lapangan manajemen. Setiap dia pegang sebuah tim manajemen, selalu saja menjadi juara. Misalnya saat jadi pimpinan Puskesmas, Puskesmasnya juara nasional. Saat menjadi direktur RSUD Samarinda, rumah sakit itu juga juara nasional. Dialah dokter Yusuf SK, yang ketika ikut saya keliling Tiongkok paling rajin mencatat. Saking rajinnya ia sampai sakit menjelang acara peninjauan di Qingdao.

Kota Tarakan kini berubah total. Jalan utamanya sudah dua jalur. Lalu bikin jalan tembus yang sangat panjang sehingga Tarakan tidak lagi hanya punya satu jalur jalan yang memanjang. Pasar-pasar kumuh dia bongkar dijadikan pasar modern. Akibatnya banyak investor yang datang. Hotel-hotel baru pun bermunculan.

Bandaranya juga terus dibenahi. Kini pesawat Boeing 737-200 sudah bisa mendarat di sana. Bahkan berkat kemajuan itu kini sudah ada pesawat langsung Surabaya-Tarakan, tanpa melewati Balikpapan lagi. Dan kelak pasti akan banyak penerbangan Tarakan-KK. Nama KK adalah sebutan untuk Kota Kinabalu, ibukota Sabah yang sangat cantik yang hanya 30 menit penerbangan dari Tarakan.

Untuk menunjang masa depan Tarakan, di bangun universitas. Universitas Borneo. Penghijauan di dalam kota memang masih sangat kurang, namun infrastrukturnya sudah dia siapkan. Drainase yang besar dan dalam diutamakan. Setelah prasarana itu jadi, katanya, barulah akan ada gerakan penanaman pohon besar di sepanjang jalan. Saya sempat menitipkan keinginan agar jangan meniru banyak kota yang menanam pohon kecil-kecil, yang katanya, lebih indah. Tidak. Kota-kota kita memerlukan pohon-pohon besar karena kita berada di iklim tropis. Apalagi seperti Tarakan. Panasnya berlebih-lebih.

Yang juga patut dibanggakan adalah ini: Tarakan akan menjadi satu-satunya kota yang punya hutan mangrove yang akan punya daya tarik kelas dunia. Hutan itu berada di tepi pantai dekat pasar yang baru dipermodern. Luasnya delapan hektar. Sebuah jalan titian terbuat dari kayu besi kini sudah dibangun meliuk-liuk di sela-sela hutan mangrove. Sungguh menakjubkan.

Baru sekali ini saya masuk ke dalam hutan mangrove. Tidak menyangka mangrove bisa dikelola dan dibuat indah seperti di Tarakan. Sudah lama saya mendengar larangan merusak hutan mangrove di sepanjang pantai, namun belum pernah saya melihat ada hutan mangrove yang dikelola seperti di Tarakan ini. Para walikota yang punya potensi hutan mangrove benar-benar harus melihat bagaimana mangrove di Tarakan tidak hanya dijaga, tapi juga diberdayakan!

Langkah-langkah seperti itu hampir mustahil terjadi di masa pra-otonomi daerah. Tapi kita juga melihat banyak sekali daerah yang tidak tahu bagaimana harus maju di era otonomi daerah. Bahkan banyak yang justru menganggapnya sebagai giliran bagi elit daerah untuk berpesta.

Saya sempat was-was, jangan-jangan Yusuf SK tidak terpilih lagi untuk masa jabatan kedua awal tahun 2004 lalu. Sebab saya juga mendengar banyak instansi pusat yang kurang mendukung langkahnya. Misalnya saja Yusuf sangat marah kalau ada instansi yang berpusat di Jakarta yang menterlantarkan lahannya begitu saja, sementara daerah sangat memerlukannya. Namun akal sehat masih hidup di Tarakan. Baru-baru ini dia terpilih lagi untuk masa jabatan kedua. Kita bisa berharap Tarakan akan terus jadi contoh positif pelaksanaan otonomi daerah yang compang-camping di banyak tempat.(bersambung)

No comments:

Post a Comment