Saturday, September 10, 2005

10% pun Bisa Jadi Tirani Minoritas

10 September 2005
10% pun Bisa Jadi Tirani Minoritas
“Rebutan” Rezeki Rp 2 Triliun Per Bulan di Blok Cepu: Siapa Yang Harus Dibela? (1)

Pertamina dan Exxon beda pendapat soal ladang minyak dan gas di Cepu. Berikut ini tiga seri tulisan CEO Jawa Pos –INDO POS Dahlan Iskan soal Blok Cepu: Inikah misi merah putih Pertamina? Kekuatan multiefek dari Exxon, dan Presiden SBY ke AS harus bawa oleh-oleh apa?

***
Kapan Dirut Pertamina diganti?
’’Satu-dua hari ini.’’
Satu minggu kemudian, pertanyaannya masih sama.
Kapan Dirut Pertamina diganti?
’’Satu-dua minggu ini.’’
Satu bulan kemudian, pertanyaan masih sama.
Kapan Dirut Pertamina diganti?
’’Satu-dua bulan.’’
’’Satu-dua tahun?’’
Seberapa kuat sih Dirut Pertamina Widya Purnama? Kok tidak diganti-ganti meski satu-dua hari atau satu-dua minggu sudah lewat jauh? Kekuatan Widya jelas. Secara fisik, badannya memang besar dan kekar. Bicaranya juga bisa sableng, khas Jawa Timuran. Anak tentara lagi! Tapi, otaknya jernih dan hatinya sangat merah putih.

’’Saya tidak menolak Exxon. Saya setuju Exxon pegang 45 % di ladang minyak dan gas Cepu. Tapi, Pertamina harus pegang 55 % persen,’’ katanya dalam berbagai kesempatan. ’’Saya harus tunduk pada RUPS yang mengamanatkan misi itu. Kalau tidak disetujui, saya siap dicopot. Sekarang juga,’’ tegasnya. ’’Saya juga ingin Blok Cepu segera digarap. Siapa bilang saya mengulur-ulur?’’ sergahnya.
Lho, berarti kan tidak ada perbedaan pendapat? Kan sudah klop? Belum.

Rupanya, tim negosiasi soal Blok Cepu yang diketuai Martiono, mantan Dirut Pertamina yang juga disebut-sebut bakal balik ke Pertamina lagi, sudah memutuskan (dan disetujui Menko Perekonomian sebagai wakil pemerintah) bahwa pembagian Blok Cepu sebagai berikut: Exxon 50% dan Pertamina 50%. Dengan catatan, masing-masing menjual 5% untuk pemerintah daerah. Dengan demikian, pada akhirnya komposisinya akan menjadi 45% (Exxon), 45% (Pertamina), 10% (daerah).
Lho, kan tidak ada perbedaan pendapat?
’’Ada!’’
Di mana?
’’Hak suara.’’
Ketika komposisi 45%-45%-10%, maka yang 10% akan menjadi ’’tirani minoritas’’. Yang 10% itu bisa jadi akan memihak Exxon meski juga bisa saja akan memihak Pertamina. Apalagi, kalau yang mendapat amanat untuk memegang 10% mudah tergiur berbagai godaan.

Tapi, untuk apa sih Pertamina perlu benar dengan 55%? Alasannya bisa berbarel-barel: mulai sejarah, legalitas, idealisme, sampai alasan komersial.

Dari segi sejarah, Blok Cepu adalah milik Pertamina. Bahwa kemudian Exxon bisa masuk ke sana, hal itu terjadi karena ketika itu Presiden Soeharto yang sangat berkuasa menyerahkan blok tersebut kepada Humpuss milik anak kesayangannya. Lalu, Humpuss bekerja sama dengan Exxon.

Secara legal, keberadaan Exxon dinilai sudah pernah kedaluarsa. Yakni, ketika sudah tiba saatnya (tahun 2002) Exxon tidak juga mau mendayagunakan sumur-sumur tua di situ. Sekarang legalitas itu ’’hidup lagi’’ oleh adanya MoU yang baru. Itu juga satu kenyataan yang sah. Pertamina tidak bisa mengingkari dan tidak bisa menolak. Termasuk tidak menolak bahwa Exxon harus dapat 45%.

Rupanya, persoalan bukan terkait dengan persentasi lagi, tapi ’’hak suara’’. Yakni, siapa yang memenangkan suara saat harus ada keputusan-keputusan penting dalam pengelolaan Blok Cepu nanti? Kalau 45%-45%-10%, kepada siapa yang 10% akan memihak?

Dari segi komersial, Blok Cepu ini memang sangat menggiurkan siapa saja. Apalagi, ketika harga minyak seperti sekarang. Cadangannya sangat besar. Tiap hari bisa menghasilkan hampir 200.000 barel. Kalau angka ini bisa dipegang, sebulan saja bisa dihasilkan minyak Rp 2 triliun (dengan harga minyak USD 50/barel). Atau, setahun Rp 24 triliun. Benar-benar bisa jadi sumber pengentasan kesulitan keuangan negara.

Biaya pengeborannya pun sangat murah: tempatnya di daratan dan jenis minyaknya encer. Mungkin hanya perlu biaya USD 4 dolar/barel. Benar-benar rezeki nomplok dari Tuhan!

Tentu, dengan pengalaman yang panjang dan ambisinya untuk membuat Pertamina bisa jadi perusahaan minyak beneran (saat ini masih kalah jauh dibandingkan Petronas sekalipun!) Widya, yang mantan Dirut Indosat itu, merasa mampu menanganinya.

Lalu, di mana letak saham 10% yang akan dijual ke daerah? Pertamina menginginkan saham 10% itu berada di dalam 55%. Artinya, yang 55% tersebut dimiliki bersama Pertamina (sebagai pemerintah pusat) dan daerah. Dengan demikian, kekuatan negara (pusat dan daerah) bersatu.
Itu keinginan Pertamina. Exxon tentu punya keinginan yang berbeda. (bersambung).

1 comment: