Monday, June 19, 2006

Langkah Awal Memimpin Dunia

Senin, 19 Juni 2006
Email dari Tiongkok
Langkah Awal Memimpin Dunia 

Ini soal serius yang kurang mendapatkan perhatian dunia luar. Saya melihat Tiongkok benar-benar akan tampil sebagai pemimpin dunia. Tapi, dari jurusan mana Tiongkok akan memulai memimpin dunia?

Ada pertemuan penting di Shanghai akhir pekan lalu. Memang, dunia internasional tidak terlalu memberikan perhatian, namun saya mencatatnya sebagai pertemuan yang akan dipakai Tiongkok sebagai langkah awal untuk memimpin dunia. Memang masih agak jauh. Juga, masih akan banyak persyaratan yang menyertainya. Tapi, bibitnya sudah ditanam di situ.

Saking pentingnya pertemuan tersebut, hingga Shanghai diliburkan lima hari. Sekolah, kantor, serta perusahaan diliburkan agar konsentrasi pertemuan tidak akan terganggu sekecil kerikil pun. Dalam pertemuan itu, 10 kepala negara hadir. Termasuk, presiden Rusia dan Iran. Dalam acara gala-night-nya (disiarkan langsung CCTV), glamor dan kepemimpinan Tiongkok terlihat dalam forum tersebut. Sebuah kepemimpinan yang sangat toleran terhadap anggotanya.

Apakah akan lewat kepemimpinan yang toleran itu Tiongkok bakal diterima sebagai pemimpin baru dunia? Menggantikan kepemimpinan ganda (AS-Soviet) pada masa lalu yang penuh ketegangan? Atau, kepemimpinan Non-Blok yang amat lemah? Atau, kepemimpinan AS sekarang yang dinilai amat arogan dan tidak toleran?

Dalam pertemuan Shanghai, toleransi itu terlihat mencolok. Atraksi-atraksinya, misalnya, datang dari 10 negara dengan aneka keberagamannya. Bahkan, hotel yang ditempati para pemimpin negara yang Islam disiapkan secara khusus. Bahkan agak berlebihan karena Islam tidak seketat itu. Misalnya, sampai semua lukisan dan gambar binatang disingkirkan dari hotel mereka.

Semua pelayanan hotel diganti laki-laki. Padahal, yang diperlukan sebenarnya hanya cukuplah kalau makanannya halal dan fasilitas salat. Tapi, tampaknya, Tiongkok tidak hanya melihatnya dari segi hukum agama, namun juga budaya setempat.

Nama pertemuan itu pun tidak "wah" untuk menunjukkan kerendahan hati sang calon pemimpin. Tidak seperti APEC atau NATO atau ASEAN, forum itu hanya disebut "Shanghai Cooperation Organization" (Organisasi Kerja Sama Shanghai). SCO diadakan lima tahun lalu untuk menyikapi terpecah-belahnya Uni Soviet menjadi banyak negara. Padahal, Tiongkok mempunyai perjanjian tertentu dengan Soviet. Lalu, bagaimana nasib perjanjian kerja sama itu setelah tidak ada lagi Soviet?

Maka, dibentuklah SCO. Anggotanya enam negara. Yakni, para eks Negara Soviet yang berbatasan dengan Tiongkok: Rusia, Kazakstan, Tajikistan, Kirgistan, dan Mongolia. Tapi, pada ulang tahunnya yang kelima minggu lalu, sudah hadir empat negara lain yang akan bergabung di dalamnya: India, Iran, Afghanistan, dan Pakistan.

Kalau organisasi tersebut kuat, mulailah Asia memimpin dunia karena ada Tiongkok, Rusia, dan India di dalamnya. Tiga negara yang belakangan mengalami kemajuan pembangunan luar biasa. Tiga negara itu saja sudah bisa mengimbangi AS dan Eropa Barat. Ditambah anggota lainnya, kuatlah sudah posisi organisasi tersebut dengan Tiongkok di tengahnya.

Organisasi itu juga akan lebih konkret dalam membahas topik-topik khusus. Bukan saja mereka sedaratan, namun secara ekonomi akan saling mendukung. Tidak seperti APEC yang terlihat penting tapi sangat cair. Atau, ASEAN yang hanya gabungan negara-negara kurang mampu. Atau, organisasi negara-negara Asia Selatan yang keropos.

Maka, ASEAN harus mulai melihat kenyataan baru ini. Apalagi kalau negara seperti Vietnam, Korea, dan Thailand juga akan lebih tertarik aktif di sini. Apalagi yang akan dicapai ASEAN?

Tentu, masih akan banyak persyaratan agar organisasi SCO tersebut menjadi kekuatan nyata. Misalnya, apakah tidak ada usaha dari luar untuk memecah-belahnya? Atau, apakah kualitas pemimpin Tiongkok mampu sekaligus menjadi pemimpin mereka? Atau, apakah Rusia akan lebih tertarik ke organisasi itu atau ke organisasi Eropa Barat?

Yang jelas, Tiongkok telah menyiapkan diri untuk itu. Pertemuan APEC di Shanghai tiga tahun lalu, misalnya, tidak disiapkan seserius SCO ini. Libur lima hari di Shanghai benar-benar istimewa. Sampai-sampai, sekolah dan perusahaan harus masuk pada Sabtu dan Minggu pekan sebelumnya untuk "mengganti" agar libur lima hari ini tidak merugikan mereka. Sabtu depan, mereka juga tidak boleh libur untuk menambah "hari pengganti" libur lima hari itu.

No comments:

Post a Comment