Benar - Benar Senin yang Melegakan
Dua jam kemarin pagi adalah dua jam yang paling menegangkan bagi
siapa pun yang tidak menginginkan Indonesia terseret dalam krisis
keuangan dunia. Senin kemarin menjadi hari yang penuh harap-harap cemas,
karena merupakan hari kerja pertama setelah libur lima hari (bagi bursa
saham) dan libur dua hari bagi bank nasional.Sejak malam sebelumnya, dua pertanyaan besar terus mencemaskan:
- Apakah ketika bank mulai buka pada pukul 08.00 terjadi rush atau tidak?
- Ketika bursa saham mulai buka, terjadi kemerosotan indeks secara drastis atau tidak?
Kalau saja terjadi rush, kacaulah perekonomian kita. Demikian juga, kalau terjadi guncangan besar di lantai bursa, paniklah kita.
Dua-duanya sangat melegakan. Begitu melewati pukul 10.00 WIB kemarin
semua orang seperti bernapas panjang -lega. Semua bank aman dari gejala rush. Lantai bursa juga hanya turun beberapa puluh poin, lalu menguat di sore hari dan ditutup dengan posisi positif.
Pasar saham dan pasar Tanah Abang ternyata tidak perlu harus dikorbankan salah satunya.
Kita harus berterima kasih atas kesigapan dan keseriusan pemerintah
menjaga perekonomian dari imbas krisis di Amerika. Saya dengar tim
ekonomi, termasuk tim pasar modal, harus sudah bekerja pukul lima pagi
dan baru pulang tengah malam. Tapi, memang itulah yang harus dikerjakan
agar selamat dari badai.
Bahkan, penjaminan terhadap bank jauh melebihi yang diinginkan banyak
orang. Saya hanya mengusulkan bahwa yang penting ada. Ini pun sekadar
untuk menenteramkan masyarakat. Sebab, jaminan itu pada kenyataannya
tidak akan dipakai. Para pengusaha memang minta jaminan sampai Rp 1
miliar. Menurut saya, itu sudah sangat tinggi. Pemerintah ternyata
justru menjamin sampai Rp 2 miliar. Sekali lagi, Rp 1 miliar atau Rp 10
miliar toh hanya jaminan. Di sini pemerintah sangat “cerdas” menyikapinya.
Setelah aman dari bahaya rush, perbankan memang masih perlu satu senjata lagi: likuiditas.
Kini saatnya bank perlu diberi pinjaman. Tentu pinjaman yang sifatnya
hanya untuk menggantikan sumber dana “satu malam”. Dana “satu malam” itu
biasanya mereka atasi sendiri dengan apa yang disebut “pinjaman
antarbank”. Setiap sore bank selalu tutup buku. Dari sini akan diketahui
mana bank yang “kalah kliring” dan mana yang “surplus”. Yang kalah
kliring biasanya meminjam uang ke bank yang surplus.
Kini, dalam keadaan krisis dunia, semua bank hanya memikirkan dirinya
sendiri. Bukan hanya bank, setiap perusahaan harus mengambil sikap aman
untuk dirinya sendiri dulu. Bahkan, perorangan pun akan mengambil sikap
serupa. Maka dalam situasi seperti ini sama sekali jangan berusaha
mencari pinjaman. Semua orang, semua pihak “mengunci” pintu
masing-masing.
Sampai kapan? Sampai rasa saling percaya itu tumbuh kembali. Selama
masa saling tidak percaya itulah pemerintah diminta menjadi “terminal
terakhir”. Di bidang ini pun langkah pemerintah sangat memuaskan.
Di bidang bursa, ada dua kiat penting yang dilakukan otoritas bursa. Menjelang dibuka kemarin, apa yang selama ini disebut “pre opening market” ditiadakan. Kapan diperbolehkan lagi masih belum diputuskan. Masih harus menunggu situasi menjadi stabil dulu.
Pre opening market itu memang bisa mengguncangkan. Waktu pre opening market
hanya sekitar lima menit sebelum bursa dibuka. Di situlah dilakukan
negosiasi pembelian dan penjualan secara blok (pembelian saham dalam
jumlah besar). Pelakunya biasanya para broker saham, baik yang
terafiliasi dengan emiten maupun tidak.
Kelemahan pre opening market adalah tidak terbukanya harga saham, justru sebelum pasar dibuka.
Langkah kedua yang juga hebat adalah ditindaknya pelaku short selling yang gagal serah atau gagal bayar. Short selling
dalam praktiknya adalah menjual saham di pagi hari lalu membelinya
kembali di sore hari. Atau sebaliknya. Praktik itu sendiri sampai
sekarang secara legal masih sah, tapi akan menjadi pelanggaran kalau
ternyata pelakunya gagal menyerahkan saham atau gagal membayar.
Senin kemarin benar-benar hari yang melegakan dan memberi harapan. (*)
No comments:
Post a Comment