Sebagaimana Hati Saya, Kendari Benar-Benar Berbeda
Pikiran Besar di Kota Kecil (1)
Saya pernah tergeletak kelelahan di ruang tunggu yang pengap, sempit, dan kotor menunggu keberangkatan pesawat yang akan membawa saya ke Makassar dan Ambon. Kejadiannya sekitar enam tahun lalu, ketika pesawat mengalami keterlambatan selama dua jam di bandara Kendari.
Saat itu, ternyata saya sebenarnya sudah mulai sakit, namun tidak pernah saya rasakan. Mestinya hati saya sudah terkena sirosis, mengeras dan sudah mulai tumbuh bibit-bibit kankernya. Namun, saya tidak tahu semua itu. Kelelahan yang saya rasakan di ruang tunggu itu semula hanya saya anggap sebagai akibat kurang tidur dan perjalanan panjang ke beberapa kota sebelumnya.
Pekan lalu, saya kembali lagi ke Kendari, yang menjadi ibu kota Provinsi Sulawesi Tenggara. Semuanya sudah berubah. Bandara lama yang parah itu sudah diganti dengan bandara baru yang indah. Tidak besar, tapi cantik dan modern. Cukuplah untuk kepentingan Kendari sampai lima tahun ke depan.
Penerbangan juga sudah begitu banyak sehingga kalau ada pesawat yang terlambat pun masih ada pilihan untuk “loncat” ke pesawat yang lain. Jalan menuju bandara itu juga sudah disiapkan sangat lebar sehingga tidak akan mengalami kesulitan kalau arus lalu lintas meningkat drastis di kemudian hari.
Kini negara kita memang sudah mulai punya bandara-bandara yang baik. Di Makassar megahnya bukan main, di Palembang juga indah dan modern, Manado sudah baik, Ambon demikian juga, Padang juga sudah modern. Bahkan, Makassar dan Palembang sudah terasa kurang besar karena kemajuan wilayah-wilayah di luar Jawa sangat cepat.
Tinggal Samarinda, ibu kota Provinsi Kalimantan Timur yang begitu kaya, bandaranya lebih jelek daripada terminal angkutan kota di Kendari. Memang sedang ada persiapan membangun bandara di Samarinda, tapi masih sangat ruwet untuk bisa berharap cepat selesai.
Maka, kedatangan saya ke Kendari kali ini dengan suasana yang sangat berbeda jika dibandingkan dengan enam tahun lalu. Bandara baru, jalan-jalan baru, dan dengan hati saya yang juga baru. Hampir dua tahun lalu saya memang menjalani operasi ganti hati di Tianjin, Tiongkok, yang alhamdulillah berhasil dengan sangat baik.
Kegembiraan hati saya kali ini juga saya rasakan setelah melihat bahwa harian Kendari Post dan juga Kendari Ekspres mengalami kemajuan yang pesat. Apalagi saya juga melihat para pimpinan dan manajer saya di Kendari sudah sangat mampu sehingga sudah tidak perlu lagi diajari, dibina, atau dimarahi.
Maka, kedatangan saya ke Kendari sore itu benar-benar hanya untuk “rekreasi”, ngobrol santai dengan karyawan di ruang rapat, makan-makan ikan bakar yang sangat segar itu, jalan-jalan ke pantai, menengok dua karyawan yang lagi sakit di rumah masing-masing, ke kota lama, ke MTQ Square, ke kota atas, dan besoknya sudah bisa terbang ke Manado (via Makassar) pada pukul 07.00 pagi.
Kendari, sebagaimana juga hati saya, sudah benar-benar berbeda. Ketika saya datang ke Kendari pertama kali untuk membangun Kendari Post 14 tahun lalu, di kota itu praktis hanya ada satu jalan yang memanjang. Ibaratnya, kalau Joko Tjandra mau melarikan diri, jangan sekali-kali melarikan diri ke Kendari: pasti kepegang. Mau lewat jalan mana hayooo? Hanya ada satu jalan di situ.
Kini Kendari sudah sangat berkembang. Memang terasa kota ini kekurangan dana pembangunan (dan terutama dana pemeliharaan), tapi dasar-dasar pembangunan kotanya sudah sangat baik: tidak hanya terfokus ke kota lama yang sempit, tapi sudah membangun kota baru yang masih mudah direncanakan. Juga mulai membenahi pinggir lautnya yang panjang karena Kendari memang memiliki kekayaan teluk yang jauh menjorok ke dalam (banyak yang berseloroh bentuk teluk Kendari ini menggambarkan kekayaan vital terpenting wanita).
Kota itu juga sudah mengalokasikan wilayah perkantoran seluas 1.000 ha dengan infrastruktur jalan yang sudah dan sedang dikerjakan. Kantor gubernur yang baru dibangun di sini. Juga mapolda dan lain sebagainya.
Bangunan kantor gubernurnya sendiri kecil (sesuai dengan keperluan yang ada sekarang), tapi persiapan luasan lahannya yang kini masih berbentuk taman hutan sangat mengesankan. Terasa para pemimpin di Kendari memiliki sisi wawasan ke depan. (Bersambung)
No comments:
Post a Comment