Tuesday, June 23, 2009

Selamat Jalan, Angky Camaro

Selasa, 23 Juni 2009
Selamat Jalan, Angky Camaro
Saya Pernah Minta Dia Transplan Ulang


Tiba-tiba saja dia mengeluh sesak napas sehingga harus dilarikan ke rumah sakit. Ternyata paru-parunya berair. Orang yang baru transplan memang harus benar-benar menjaga paru-parunya karena organ penting ini memang paling sering terkena dampak dari transplantasi.

Menurut saya, ada tiga kemungkinan yang menyebabkan gagalnya transplantasi pada Angky.
* Pertama, karena memang sudah takdir.
* Kedua, karena almarhum adalah penderita penyakit kencing manis (diabetes mellitus) sehingga gula darahnya sulit dikendalikan.
* Ketiga, karena terserang virus ganas bernama citomegali (CMV), yang biasa menyerang orang-orang yang menjalani transplantasi.

Dari pengalaman saya yang baru menjalani transplan hati dua tahun lalu, penyebab kedua dan ketiga bisa dikendalikan kalau pasien transplan masih tinggal di rumah sakit. Namun, Pak Angky sudah kembali ke Indonesia hanya tiga minggu setelah transplantasi.

Waktu dia menelepon, memberi tahu bahwa dia sudah kembali ke Jakarta, saya kaget sekali. Belum satu bulan kok sudah kembali. Padahal, sudah berkali-kali saya berpesan agar tetap di rumah sakit. Minimal 2,5 bulan setelah transplantasi. Saya sendiri setiap tiga bulan masih memeriksakan diri ke rumah sakit di Tianjin.

Dia berani segera pulang karena menggunakan pesawat pribadi yang aman dari penularan virus. Dua minggu setelah transplantasi, kebanyakan pasien memang sudah langsung merasa sehat. Inilah biasanya yang membuat keinginan pasien untuk pulang menjadi sangat besar. Selain sudah bosan tinggal di rumah sakit, juga lantaran merasa toh sudah sehat.

Itu keputusan yang sangat membahayakan diri sendiri. Terutama kalau tiba-tiba terjadi masalah kesehatan, seperti infeksi. Baik akibat bakteri maupun virus. Bila ini terjadi, dokter mana pun akan kesulitan mengatasinya.

Kondisi itu sangat mungkin terjadi, karena semua pasien transplan harus minum obat yang disebut immunosuppressant. Fungsi obat ini untuk menekan ketahanan tubuh agar tidak terjadi rejeksi atau penolakan terhadap organ yang baru ditransplankan. Ketika Angky meninggal kemarin, saya sedang berada di Tianjin. Namun, saya sempat menyarankan agar almarhum menjalani transplan ulang dan pindah ke rumah sakit yang mentransplankan hati barunya.

Namun, kondisi Angky terus memburuk dan hampir sepanjang sisa hidupnya habis untuk keluar masuk ICU di Jakarta dan Singapura. Transplantasi Angky sebenarnya tergolong sukses besar. Buktinya, dua hari setelah transplantasi, dia sudah bisa kirim SMS mengenai kondisi badannya yang langsung sehat. Juga tentang kreatininnya yang langsung normal, padahal sebelumnya sangat tinggi.

Di SMS itu dia juga bercerita tentang berat badannya yang langsung turun 20 kilogram lebih. Sebab, ternyata yang membuatnya (sebelum transplantasi) sangat gemuk itu sebenarnya hanya air. Angky, sebagaimana yang pernah dia tuturkan ke harian Business Today, tak pernah tahu bahwa fungsi ginjalnya sudah tidak normal. Dia baru tahu itu pada awal April 2005. Yakni, ketika tiba-tiba dia menemukan bisul yang bernanah di pantatnya. Bisul itu membuat Angky tidak bisa duduk karena pantatnya bengkak dan sakit luar biasa.

Dari situlah dia tahu bahwa gula darahnya 500 mg/dl dan kreatininnya sudah 3,5 mg/dl. Ini keadaan yang sudah sangat parah, sebenarnya. Sebab, normalnya, gula darah orang (dalam keadaan puasa) tak boleh lebih dari 100 mg/dl. Sedangkan kreatinin orang sehat antara 0,5 sampai 0,9 mg/dl. Tetapi, itulah hebatnya Angky. Meski kondisinya sudah seperti itu, dia tetap bekerja seperti biasa. Andai pantatnya tidak bisulan dan bengkak, bisa dipastikan Angky tidak akan berobat.

Karena tidak tahan lagi dengan rasa sakit itu, Angky tidak membantah ketika dokter menyuruhnya opname. Sebab, selain nanah di bisulnya harus dikeluarkan lewat operasi, rawat inap di rumah sakit itu juga untuk mengatasi gula darah dan kreatininnya. (*)

Selamat  jalan, Angky Camaro. Tepat setahun tiga hari setelah menjalani transplantasi ginjal, teman dekat saya itu meninggal dunia. Sebenarnya tanda-tanda bahwa transplantasinya gagal sudah terlihat tak lama setelah presiden komisaris PT HM Sampoerna Tbk yang juga direktur Indofood Sukses Makmur Tbk itu kembali ke Jakarta.

No comments:

Post a Comment