Sunday, May 20, 2007

Partai Komunis Kalah Pamor oleh Partai Uang

20 Mei 2007
Partai Komunis Kalah Pamor oleh Partai Uang
Perjalanan di Sekitar Libur Emas Tiongkok (4-Habis) 

Tiongkok siap bertarung pada ajang teknologi ramah lingkungan. Menteri ilmu pengetahuan dan teknologi yang baru, Wan Gang, menjadi andalan. Dia adalah menteri pertama yang bukan anggota partai komunis.

Pergantian menteri juga terjadi di Tiongkok dua pekan lalu. Hanya, latar belakangnya yang berbeda. Empat menteri yang diganti bukan karena tidak mampu. Melainkan umurnya sudah memasuki 65 tahun. Di Tiongkok memang ada aturan, untuk pejabat tingkat menteri, umurnya maksimal 65 tahun. 

Di antara empat menteri baru tersebut, ada seorang yang paling menarik perhatian. Dia adalah Wan Gang, menteri ilmu pengetahuan dan teknologi. Dialah orang pertama yang bukan anggota partai komunis yang menjadi menteri.

Rektor Universitas Tongji, Shanghai, tersebut lantas dianalisis apakah akan menjadi tonggak baru dalam perubahan politik. Yakni, setelah 25 tahun perubahan ekonomi Tiongkok mencapai hasil yang fenomenal. 

Wan Gang berumur 55 tahun. Sama dengan umur rata-rata anggota kabinet Tiongkok. Memang, para pejabat di Tiongkok kini muda-muda. Apalagi setingkat gubernur dan wali kota. Mereka itulah yang menjadi motor dinamisasi kemajuan Tiongkok. 

“Peremajaan” jajaran pemerintahan (dan partai) itu sekaligus menghapus kesan lama sebagai negara komunis yang umumnya didominasi orang-orang tua. Sampai-sampai, kala itu ada ejekan bahwa generasi muda di Tiongkok adalah yang umurnya menginjak 70 tahun. 

Latar belakang Wan Gang sangat menarik. Lahir di Shanghai pada 1952, dia menyelesaikan sarjana tekniknya di Universitas Tongji, tempat dia menjadi rektor pada 2005. Setamat dari Tongji, Wan Gang meneruskan belajar ke Jerman. Prestasinya di Jerman membuat perusahaan mobil terkemuka di sana, Audi, memberikan tempat bagi dirinya untuk berkarir. 

Sepuluh tahun Wan Gang di Jerman. Prestasinya di Audi juga sangat baik hingga akhirnya menduduki jabatan sangat tinggi di situ. Kelahiran Audi A6, antara lain, juga dibidani Wan Gang. 

Yang juga menarik, Wan Gang adalah seorang seniman. Dia punya prinsip, bila seseorang bisa menggabungkan seni dan teknologi, dia akan bisa memberikan manfaat sangat besar pada peningkatan kualitas kehidupan masyarakat. Seni saja tidak cukup untuk mengangkat derajat manusia. Teknologi saja juga hanya akan menghancurkan. Keyakinannya itu begitu kuat, sehingga dia memelopori sistem pengajaran yang menggabungkan seni dan teknologi. 

Wan Gang juga ahli ekonomi. Sehingga, lengkaplah pada dirinya: ahli teknologi yang jiwanya dihaluskan oleh seni sekaligus ngerti hitungan dagangnya. Karena itu, dalam pengembangan teknologi ke depan, dia sangat berorientasi pada teknologi ramah lingkungan. 

Semua kiprah Wan Gang dimonitor pemerintah Tiongkok. Empat tahun lalu, dia diminta pulang untuk mengajar di Tongji, almamaternya. Lalu menjadi rektor di sana. Eh, ternyata kini menjadi menteri. 

Saya menduga, Tiongkok sedang menyiapkan masa depan dengan teknologi baru yang ramah lingkungan. Maklum, di balik kisah sukses ekonominya, dunia juga mengecam Tiongkok sebagai sumber polusi dunia. Memang kini belum seberapanya Amerika Serikat. Tapi, dalam 10 tahun ke depan, seiring pertumbuhan ekonominya yang terus membubung, emisi gas buang dari Tiongkok akan sangat membahayakan. 

Diramalkan, jumlah pembangkit listrik akan terus bertambah. Itu juga sumber polusi. Jumlah mobil yang beredar pun akan terus menanjak. Sebab, pertambahan mobil di Tiongkok lebih dari lima juta setahun. Tinggal menghitung pertambahan gas buangnya. Semua merek mobil di dunia beredar di Tiongkok. Tidak ada satu merek yang amat mendominasi. 

Selama ini, Tiongkok seperti baru mendalami sifat industri itu, mempraktikkan bagaimana memproduksinya dan bagaimana mengelola pasarnya. Namun, setelah semua itu dikuasai, tak mustahil Tiongkok akan memproduksi mobil “beneran” untuk menguasai pasar dalam negerinya yang sangat besar itu. 

Itu, antara lain, dengan menciptakan mobil berteknologi baru. Di samping ramah lingkungan, akan dijadikan persyaratan peredaran mobil di dalam negeri, sehingga penguasaan pasarnya bisa dilakukan. Semua itu bisa menjadi perhatian Wan Gang yang memang ahli di bidang tersebut. 

Bahkan, begitu dipanggil pulang dari Jerman, Wan Gang diminta menjadi ketua “Proyek 863″, suatu tugas untuk menyiapkan teknologi baru hemat energi secara nasional. Riset dilakukan. Hasilnya sudah terlihat dari terciptanya komponen-komponen yang semua hemat energi. Misalnya, penemuan traction battery, driving motor, dan fuel battery. 

Bahkan, sudah diciptakan mobil uji coba yang disebut “Chaoyue3″ yang merupakan mobil fuel cell. Sejak 2005, Chaoyue3 dites untuk keandalan dan ketahanannya. Selama dua tahun, Chaoyue3 sudah dijalankan sejauh 100 ribu kilometer. 

Lalu, diciptakan Chaoyue generasi keempat. Tahun lalu, tesnya menghasilkan data bahwa mobil tersebut bisa mencapai kecepatan 150 km/jam. Tarikannya pun cukup jreng, suatu hal yang sulit ditemukan untuk mobil listrik. Chaoyue generasi keempat hanya butuh waktu 15 detik untuk akselerasi dari 0 hingga 100 km/jam. 

Penemuan itu terus dikembangkan menjadi produksi komersial. Awal tahun ini, Dinas Perhubungan Wuhan, ibu kota Provinsi Hubei, telah memesan 100 bus umum yang zero emisi. Bus tersebut akan digunakan untuk angkutan atlet Olimpiade 2008 cabang olahraga yang dipertandingkan di Wuhan. 

Bahkan, ketika World Expo berlangsung di Shanghai pada 2010, akan disediakan mobil-mobil zero emisi untuk tamu-tamu penting. Sebab, Shanghai sudah memesan untuk 1.000 seat mobil zero emisi. Yang akan menjadi pelopor kendaraan zero emisi untuk dipasarkan secara umum adalah Roewe, satu merek mobil milik Tiongkok. Mobil itulah yang akan menjadi kebanggaan mereka pada masa depan. Roewe sudah dicoba dengan tes ketahanan, keandalan, dan tarikan mesinnya. 

Roewe itu dulu merek Inggris, Rover. Lalu, dibeli Tiongkok dan diubah menjadi Roewe, yang bagi orang Tiongkok lebih mudah mengucapkannya. 

Wan Gang kini sudah boyongan ke Beijing. Ada barang menarik di ruang kementeriannya: sebuah lampu teplok dari minyak tanah. Dia memajang lampu tersebut untuk mengenang masa kecilnya belajar di bawah sinar teplok. Lampu itu juga untuk terus memberi inspirasi bahwa suatu saat nanti minyak tidak banyak diperlukan lagi. 

Bahwa kini ada orang yang bukan anggota partai komunis seperti Wan Gang diangkat menjadi menteri, bagaimana sikap partai komunis? Tentu tidak ada publikasi seperti itu di Tiongkok. Juga, tidak ada perang pernyataan terbuka. Apalagi, semua koran dan media elektronik di Tiongkok adalah milik partai. Baik yang di pusat maupun daerah. 

Maka, sikap partai atas pengangkatan Wan Gang bisa dilihat dari editorial harian China Daily. 

Pengangkatan Wan Gang itu, katanya, telah mendasari kebijakan politik Tiongkok ke depan. Kerja sama antarpartai memang semakin diperlukan. Lho, kerja sama antarpartai? Ada partai lain di Tiongkok? 

Di samping partai komunis yang memegang kekuasaan, memang ada delapan partai kecil (dan jangan membesar) di sana. Itulah partai yang bukan komunis. Wan Gang adalah wakil ketua salah satu partai tersebut. Namanya Partai Chi Gong. Mereka bukan partai komunis, tapi tidak antikomunis. 

Adanya partai di luar partai komunis itu tetap dianggap penting karena kenyataannya memang ada pemikiran di luar partai utama. Hanya, semua partai tersebut harus berada di bawah kepemimpinan dan koordinasi partai komunis. 

Bahkan, saya pun, beberapa tahun lalu, kaget ketika kali pertama tahu bahwa tidak semua orang Tiongkok menjadi anggota partai komunis. Di antara 1,3 miliar penduduk, yang anggota partai komunis ternyata “hanya” 70 juta orang. 

Untuk menjadi anggota partai memang harus mendaftar (atau diminta mendaftar). Lalu, ada tes mengenai kepartaian dan pandangan politik. Setelah itu, harus mengikuti berbagai macam pendidikan. Dari tahun ke tahun. Mulai yang terendah. Berjenjang-jenjang. Jabatan, baik dalam partai maupun dalam pemerintahan, menyertainya kemudian. Bergantung pada tingkat kekaderannya.

Meski hanya 70 juta yang menjadi anggota partai, tidak berarti selebihnya masuk partai yang bukan komunis. Anggota mereka lebih sedikit lagi, hampir tidak berarti. Mayoritas rakyat tidak masuk ke partai apa pun, kecuali “partai uang” atau “partai bisnis”. Yakni, berkonsentrasi mencari penghasilan sendiri yang lebih baik bagi kehidupannya. Bekerja, bekerja, dan bekerja. (habis)

No comments:

Post a Comment