Saturday, April 25, 2009

SBY-JK; Memuaskan dan Tidak Memuaskan

Sabtu, 25 April 2009
SBY-JK; Memuaskan dan Tidak Memuaskan

Pasangan SBY-JK sebenarnya tetaplah yang terbaik. Bahkan, terbaik dalam sejarah hubungan presiden dan wakil presiden kita. Memang ada sedikit kesan negatif, yaitu kurang kompak. Tapi, juga muncul banyak kesan positif, yaitu citra berjalannya saling kontrol dan saling mengisi.

Intinya, pemerintahan selama lima tahun ini terbukti bisa berjalan sangat stabil. Bukan stabil-beku, tapi stabil dinamis -yang antara lain lahir dari kekurangkompakan itu. Hubungan SBY-JK boleh dikata ibarat hubungan dua orang yang sama-sama dewasa.

Mungkin, memang ada beberapa program yang kurang berjalan karena kesan kurang kompak itu. Tapi, juga banyak program yang berjalan lebih baik karena proses saling isi itu. Masyarakat nasional dan internasional sudah terbiasa dengan apa yang berjalan stabil-dinamis selama lima tahun terakhir.

Adanya perubahan memerlukan waktu transisi lagi. Bukan transisi di kalangan pemerintahan, tapi transisi di luar pemerintah. Sebuah transisi yang bisa jadi di luar kontrol pemerintah. Respons melemahnya pasar modal dan pasar uang setelah hubungan SBY-JK resmi pisah adalah salah satu petunjuk nyatanya. Meski mungkin saja itu respons sementara, tetap saja masa transisi tersebut menghilangkan momentum yang seharusnya bisa untuk start agar Indonesia bisa langsung terbang.

Kalau toh pasangan itu kurang memuaskan SBY secara pribadi (yang sebenarnya juga kurang memuaskan JK secara pribadi), hal-hal yang pribadi seperti itu mestinya dikalahkan oleh kepentingan bangsa yang lebih luas. Apalagi keduanya sudah membuktikan mampu memerankan sebagai orang yang sama-sama dewasa.

Realitas politik hasil pemilu legislatif memang membuat SBY bisa punya posisi tawar yang jauh lebih besar. Termasuk bisa melakukan apa pun yang lebih dia inginkan. SBY barangkali akan memilih pasangan yang akan bisa sangat memuaskan dirinya. Tentu pilihan itu secara pribadi akan lebih memuaskan. Tapi, kalau kepuasan tersebut mirip dengan kepuasan orang yang mabuk kemenangan, itu bisa tidak memuaskan bangsa.

Momentum stabilnya politik dan keamanan selama lima tahun terakhir mestinya bisa berlanjut setidaknya lima tahun lagi. Kalau toh Indonesia perlu guncangan, sebaiknya guncangan itu jangan datang terlalu cepat seperti ini. Kalau guncangan itu datangnya lima tahun lagi, barangkali tidak perlu dirisaukan karena posisi terbang ”pesawat jumbo jet Indonesia” sudah lebih tinggi.

Keinginan SBY untuk tidak lagi menggandeng JK sudah tentu diharapkan tidak sekadar berasal dari keinginan untuk hanya memuaskan pribadinya. Realitas di lapangan sering tidak sejalan dengan keinginan seseorang -sebaik apa pun keinginan itu. Tentu masih ada peluang bahwa pasangan baru nanti lebih baik daripada SBY-JK. Hanya saja, untuk membuktikannya, orang masih harus melihat hasilnya lima tahun lagi. (*)

No comments:

Post a Comment