Kabut dan Kembang api
Tiongkok 60 Tahun (1)
Cuaca
pun harus diubah kalau Beijing sedang punya hajat besar, seperti yang
terjadi pada 1 Oktober pagi ini. Di Beijing perayaan 60 tahun
kemerdekaan Tiongkok diperingati secara khusus bukan hanya karena angka
60 itu. Angka 60 tahun memang istimewa dalam kehidupan orang Tionghoa.
Sebab, dalam sistem kalender Tiongkok 60 tahun adalah waktu yang
sempurna untuk mencapai tepat satu putaran kalender. Keistimewaan yang
lain adalah: tahun ini bertepatan dengan peringatan 30 tahun
modernisasi.
Sebenarnya
sudah lima hari ini Beijing sangat berkabut. Matahari praktis tidak
pernah kelihatan. Inilah ciri khas kalau Beijing memasuki musim gugur
yang udaranya amat sejuk dan nyaman. Tapi, hari ini, udara Beijing yang
berkabut itu akan "dipaksa" cerah. Langit akan direkayasa agar perayaan
yang amat penting hari ini bisa berlangsung dalam suasana yang sangat
ceria. Teknologi rekayasa cuaca sudah disiapkan matang. Sebanyak 28
pesawat angkut diubah untuk bersama-sama 48 pesawat pengubah kabut
bertugas mengurus cuaca hari ini.
"Waktu
Olimpiade tahun lalu sudah bisa dibuktikan bahwa kami mampu merekayasa
cuaca. Besok kami lakukan lagi," tulis harian China Daily kemarin. Tentu
tidak hanya cuaca Beijing yang harus tunduk pada pemerintah. Bandara
internasional yang begitu sibuk pun harus ditutup selama tiga jam.
Padahal, letak bandara itu berada satu jam perjalanan mobil di arah
timur laut kota. Padahal, bandara tersibuk di Tiongkok ini terdiri atas
lima terminal. Padahal, setiap menit harus ada pesawat yang turun dan
naik. Padahal, ada 1.000 penerbangan setiap hari di bandara baru itu.
Dari pengalaman saat penutupan bandara selama pembukaan Olimpiade tahun
lalu, terdapat 300 pesawat yang harus tertunda. Tapi, yah harus terjadi.
Kun fayakun.
Penduduk
Kota Beijing sendiri dianjurkan untuk tidak perlu keluar rumah pagi
ini. Cukup menonton siaran langsung dari televisi. Sebab, jalan-jalan
utama di pusat kota akan ditutup total. Penutupan itu begitu luasnya
sehingga praktis dalam radius ring road 3 lalu lintas akan terpengaruh.
Di Kota Beijing sudah dibangun ring road sampai 6 lingkar sehingga bisa
diartikan separo Kota Beijing harus bebas dari hambatan apa pun.
Saya
sendiri yang mendapat undangan untuk menghadiri perayaan itu, sudah
diminta bangun pukul 03.30 untuk berkumpul di lobi hotel pukul 04.00.
Lalu harus berkumpul dulu di Press Centre untuk bersama-sama dengan tamu
dari negara lain berangkat ke Tian An Men, pusat perayaan dan parade
pagi ini. Padahal, acaranya baru dimulai pukul 10.00.
Kali
ini Tiongkok memang mengundang dua pimpinan media dari setiap negara.
Dari Indonesia Jawa Pos dan Antara. Saya lihat delegasi ini dari lebih
100 negara. Terutama negara-negara Asia Tenggara, Asia Selatan, Asia
Barat, Afrika, dan Amerika Latin. Tiongkok seperti ingin memberikan
contoh kepada negara-negara berkembang itu bahwa negara miskin dan
terbelakang pun bisa mengalahkan negara Barat kalau bekerja dengan
sungguh-sungguh. 30 tahun lalu, Tiongkok lebih miskin dari umumnya
negara yang diundang ini. Tapi, hanya dalam tiga dekade semuanya lewat.
Bahkan, kini Tiongkoklah yang bisa diandalkan untuk menjadi pemimpin
baru dunia menggantikan Amerika "atau setidaknya tidak lagi hanya
Amerika.
Kapan
peran sebagai pemimpin baru dunia itu tiba" Para pejabat tinggi
Tiongkok yang bertemu dengan delegasi media ini selalu merendah. Khas
timur. "Kami masih jauh untuk bisa disebut menjadi negara maju. Kami
masih harus bekerja sangat keras. Kami masih punya banyak persoalan.
Misalnya, ketimpangan antara kota-desa dan pantai-pedalaman. Tapi, kami
yakin saat itu akan tiba," ujar deputi menteri penerangan menjawab
pertanyaan media dari Nepal.
Negara
seperti Nepal yang baru merdeka dua tahun lalu tentu baru bisa
bermimpi. Nepal masih penuh dengan persoalan. Mereka masih kisruh dalam
merumuskan UUD setelah raja terakhir Nepal menyerahkan kerajaan kepada
rakyat. Negara yang hanya berpenduduk 7 juta ini (sebesar Surabaya +
Sidoarjo), masih berantem untuk mencari bentuk negara: kesatuan atau
federasi. Setelah disepakati berbentuk federasi, mereka masih berantem
lagi. Negara kecil itu akan terbagi dalam berapa negara bagian. Ada yang
menginginkan 15 negara bagian ada yang minta 17 negara bagian.
Maksudnya, agar satu suku kecil pun punya satu negara bagian sendiri.
Lalu mereka juga masih berantem karena para pejuang komunis yang selama
ini menuntut kemerdekaan dari kerajaan minta otomatis jadi tentara.
Mirip sekali dengan apa yang dialami di Indonesia di awal kemerdekaan
dulu. Tentara tidak mau menerima mereka karena ada sekitar 32.000
pejuang bersenjata yang kalau diterima, berarti komunis akan menguasai
kemiliteran.
Negara-negara
di sekitar Tiongkok masih seperti itu. Afghanistan masih ribut
antarsuku yang saling berebut kekuasaan: Pastun, Tajik, dan Hazara.
Padahal, mereka punya musuh bersama: Taliban. "Tapi, Afghanistan
sekarang sudah lebih damai lho. Kabul sudah lebih aman daripada
Islamabad, ibu kota Pakistan," ujar Kazim al Gulzari, pemilik harian
Daily Outlook yang sukunya Hazara. "Datanglah ke Kabul," ujarnya kepada
saya. "Memang kalau malam masih belum berani keluar, tapi sebenarnya
aman," tambahnya. Saya pun berjanji ke Afghanistan dalam waktu dekat
karena dia juga berjanji ke Indonesia akhir bulan ini: untuk membeli
kertas koran.
Para
pimpinan media dari Afrika yang umumnya baru sekali ini melihat
Tiongkok, tidak habis keheranannya melihat Tiongkok sekarang. "Makanya
Tiongkok agresif sekali masuk pasar Afrika," ujar salah satu dari
mereka. Tiongkok kini memang memasuki Afrika secara besar-besaran,
sampai-sampai membuat heran negara Barat. Kok mau Tiongkok masuk negara
yang penuh dengan pergolakan. Perminyakan, telekomunikasi, infrasruktur
di negara-negara Afrika kini memang dikuasai Tiongkok. Afrika memang
penuh risiko, tapi rupanya justru itulah yang dilihat Tiongkok sebagai
peluang. Sebagaimana mi Sedaap dari Surabaya yang berani masuk Nigeria
10 tahun lalu dan kini sudah berhasil menguasai pasar mi di sana. Tentu
dengan risiko ada pegawainya yang dirampok dan bahkan dibunuh.
Demikian
juga delegasi dari Brazil, Argentina, Chili, Meksiko, Kolombia, dan
seterusnya. Umumnya baru sekali ini ke Tiongkok. Mereka tidak menyangka
bahwa Tiongkok sudah mencapai tahapan sekarang ini. "Bagaimana keadaan
semaju ini masih dikatakan negara berkembang. Shanghai ini sudah
melebihi New York," ujar pemimpin media dari Kolombia. Sekali lagi,
pejabat-pejabat tinggi Tiongkok merendah. "Kami masih punya banyak
persoalan," katanya.
Tentu
tidak hanya pagi ini perayaan kemerdekaan dilakukan secara spektakuler.
Masih diteruskan lagi nanti malam. Pergelaran kesenian diadakan
besar-besaran di lapangan Tian An Men yang letaknya di depan Istana Kota
Terlarang itu. Kembang api yang akan dipergunakan untuk menghiasi
langit Beijing nanti malam, misalnya, dua kali lipat dari yang digunakan
saat pembukaan Olimpiade yang sudah mengagumkan dunia itu.Dan saya juga
berada di situ nanti malam" (*)
No comments:
Post a Comment