Friday, November 28, 2008

Hotel Taj Mahal Belakangi Laut karena sang Pendiri Anti Penjajah

Jum’at, 28 November 2008
Hotel Taj Mahal Belakangi Laut karena sang Pendiri Anti Penjajah

Hotel Taj Mahal menjadi hotel jujukan para selebriti dan tokoh dunia jika berkunjung ke Mumbai, India. Inilah catatan Chairman Jawa Pos Group Dahlan Iskan tentang hotel yang kemarin menjadi salah satu korban serangan teroris itu.

Meski waktu ke Mumbai bulan lalu saya menginap di Hotel Sheraton, saya memerlukan jalan-jalan ke Hotel Taj Mahal yang kemarin diserang teroris itu. Ini karena nama hotel itu begitu terkenal. Tokoh-tokoh seperti Elvis Presley, Mick Jagger, Pangeran Charles, dan puluhan raja dan pangeran dari Eropa memilih hotel ini untuk tinggal.

Saya pun naik taksi dari Sheraton ke Taj Mahal. Masuk ke lobi dan melihat-lihat lukisan yang menghiasi lobi. Juga melihat bagian belakangnya, yang dulu adalah wajah depan hotel itu. Tidak lupa saya buang air kecil di situ: saya hanya ingin meninggalkan sesuatu di situ.

Hotel ini tergolong hotel butik, yang mestinya tidak perlu pakai bintang. Ada yang bilang hotel ini bintang enam atau bintang tujuh. Tapi, karena penamaan seperti itu tidak ada, tetap saja disebut hotel bintang lima. Apalagi, di sebelah hotel ini, sekarang sudah berdiri satu tower yang lebih baru, dengan selera modern. Jadilah Taj Mahal sebuah hotel dengan dua wajah: wajah butik di kiri dan wajah modern di sisi kanan.

Maka tarif hotel ini sekitar Rp 10 juta per malam. Tapi, jangan kaget. Semua hotel di India tarifnya mahal. Hotel yang saya tempati saja Rp 4 juta per malam. Ini tidak hanya di kota besar seperti Mumbai (d/h Bombay), tapi juga di kota kecil seperti Bangalore atau Chennai.

Hotel Taj Mahal dimiliki konglomerat dari Grup Tata. Yakni, salah satu grup terbesar di India. Dia membangun hotel tersebut pada 1903 dengan alasan “sakit hati”. Yakni setelah pendiri Tata, Jahsetji Tata, ditolak ketika ingin menginap di Hotel Watson”s yang berada di kawasan Kala Ghoda, Mumbai. Alasannya: Hotel Watson”s khusus untuk orang kulit putih. Sebagai orang terkaya di India, Tata tersinggung. Lalu dia bangun sebuah hotel yang lebih mewah dari Watson’s. Bahkan, pada 1970-an hotel yang di sebelahnya dia beli untuk dibongkar. Lalu didirikan satu tower sehingga Hotel Taj Mahal terdiri atas dua bangunan.

Waktu perang dunia pertama, hotel ini diabdikan untuk rumah sakit darurat. Sakit hati Tata bukan hanya diwujudkan dengan cara membangun hotel yang lebih mewah, tapi juga diwujudkan dalam desain yang ekstrem. Sebagai hotel yang terletak di pinggir pantai Laut Arab, seharusnya tamu-tamu masuk dari arah pantai. Toh, ada jalan raya di sepanjang pantai itu. Tapi, Tata tidak melakukan itu. Dia justru membuat hotel tersebut membelakangi laut. Ini sebagai simbul nasionalisme Tata: tidak mau melihat bangsa Barat yang menjajah India yang disimbolkan datang dari arah laut.

Namun, wajah depan itu kini sudah berubah. Waktu saya ke hotel itu, saya masuk dari arah laut. Saya perlukan sebentar berdiri di depan hotel untuk memandang Laut Arabia dan melihat bagian Kota Mumbai yang menjorok di tanjung di seberang sana. Bagi Grup Tata, ini musibah kedua tahun ini.

Tiga bulan lalu, pabrik mobilnya di wilayah timur laut diprotes rakyat setempat. Itulah pabrik mobilnya terbaru yang direncanakan menguasai India dan Asia. Yakni, mobil murah, sedan, dengan harga hanya sekitar Rp 40 juta per buah.

Pabrik itu akan memproduksi satu juta mobil per tahun. Bangunan sudah jadi. Peralatan sudah mulai dipasang. Tapi, seorang calon anggota DPRD dari partai komunis lagi kampanye. Dia berhasil menghasut rakyat untuk menentang kehadiran pabrik itu. Pemda sangat gusar dengan gerakan itu, karena pada dasarnya pemda setempatlah yang merayu Tata untuk mau berinvestasi di daerah itu.

Tata marah dan ngambek. Dia hentikan pabrik itu. Dia akan pindahkan, entah ke mana lagi. Yang jelas, rencana produksi mobil murah tersebut jadi tertunda. Sudah banyak yang merayu Tata untuk jangan mudah ngambek, tapi Tata sudah sampai pada putusan final: batalkan proyek tersebut. (*)

No comments:

Post a Comment