Tuesday, March 17, 2009

Dahlan Iskan: Bebaskan Sepak Bola dari Politik!

Selasa, 17 Maret 2009
Dahlan Iskan: Bebaskan Sepak Bola dari Politik!

Sebagai orang yang kalau di luar negeri saya sangat membangga-banggakan demokrasi di Indonesia, saya agak kecewa dengan larangan sepak bola selama masa pemilu legislatif. Kesannya, larangan itu seperti membenarkan bahwa sebenarnya Indonesia ternyata belum siap dengan demokrasi.

Larangan sepak bola itu, menurut pendapat saya, menjadi salah satu cacat demokrasi kita. Seolah-olah kita tidak bisa melakukan pemilu kalau masih ada sepak bola. Artinya, pelaksanaan demokrasi di Indonesia masih ada catatannya. Demokrasi dengan catatan.

Saya yakin, penyebabnya adalah kurang gigihnya pengurus sepak bola dalam memperjuangkan dirinya. Pada masa lalu, ketika demokrasi belum sehebat dan sedewasa sekarang, sepak bola bisa berjalan lancar. Mengapa kian lama justru kian ada masalah?

Memang masalahnya, antara lain, juga ada di sepak bola sendiri. Pertama, sepak bola sudah sangat berbau politik. Pengurus sepak bola juga memanfaatkan sepak bola untuk kepentingan politiknya. Pemilihan pengurus sepak bola memakai pertimbangan politik juga.

Kedua, kerusuhan-kerusuhan sepak bola tidak segera diatasi oleh masyarakat sepak bola sendiri. Tidak ada pemikiran yang mendasar untuk menyelesaikan persoalan itu.

Ketiga, tidak ada usulan yang baik kepada pihak keamanan agar pertandingan sepak bola tetap berjalan tanpa harus mengganggu jalannya pemilu.

Saya tidak tahu apakah organisasi sepak bola internasional membolehkan larangan bertanding oleh penyebab politik seperti itu. Seharusnya organisasi sepak bola internasional juga ikut menekan pemerintah Indonesia untuk tidak mudah membatalkan jadwal kompetisi dengan alasan yang kurang masuk akal. Bisa saja pengurus sepak bola Indonesia minta tolong pengurus internasional untuk perjuangannya itu.

Tapi, ya sudahlah. Larangan sudah keluar. Pengurus sepak bola sendiri juga sudah menerima larangan itu. Maka, sudah nasib sepak bola untuk sulit diperjuangkan menjadi olahraga yang punya masa depan yang gemilang. Kalau jadwal kompetisi saja bisa diintervensi demikian jauhnya, bagaimana semangat untuk bersepak bola bisa terus berkembang?

Mengurus sebuah klub sepak bola tidak gampang. Biayanya besar, tenaganya besar, dan tekanan batinnya juga dalam. Molornya jadwal berarti juga menggelembungnya dana.

Di lain pihak, kalau kita ingin bisa dikatakan semakin dewasa, pemisahan politik dari kehidupan di luarnya harus semakin nyata. Kini, antara politik dan bisnis sudah kian terpisah. Politik dan tentara sudah terpisah jauh. Kok malah politik dan sepak bola masih berhubungan begitu kentalnya.

Maka, seruan yang harus lantang diteriakkan adalah: bebaskan sepak bola dari politik!

No comments:

Post a Comment