Wednesday, March 11, 2009

Dahlan Iskan : Lawan-Lawan Obama yang Mulai Tumbuh (3)

Rabu, 11 Maret 2009
Dahlan Iskan: Lawan-Lawan Obama yang Mulai Tumbuh (3)
Penantang Lain Tuduh Presiden Perang Melawan Investor

Penantang utama Presiden Barack Obama lainnya adalah penyiar televisi. Bukan sembarang penyiar, dia adalah pengasuh acara yang khusus mengomentari masalah ekonomi dan keuangan di TV nasional CNBC. Dia seorang doktor ekonomi terkemuka, wartawan senior, dan juga pengajar di beberapa universitas penting. Dia juga pernah menjabat kepala tim ekonomi perusahaan keuangan raksasa Bear Stearns yang kini sudah bangkrut itu.

Dulu dia pengikut Partai Demokrat. Namun, sejak Presiden Ronald Reagan (Republik) masuk Gedung Putih, dia menjadi pejabat tinggi di pemerintahan itu. Dialah yang waktu itu mengurusi manajemen dan anggaran pemerintah. Dia seorang Yahudi, namun dalam proses penyembuhan dirinya akibat ketagihan alkohol dan narkoba di pertengahan 1990 lalu masuk Katolik. Lalu jadi badan penasihat Ave Maria Mutual Fund.

Namanya: Larry Kudlow.
Acara yang diasuhnya adalah: The Kudlow Report.

Tiap hari dia nongol di stasiun televisi dan setiap hari pula dia menyampaikan komentar mengenai langkah-langkah Obama yang dia nilai salah besar. Pidato nasional Obama yang berisi penjelasan prinsip-prinsip APBN yang akan dia ajukan ke DPR pekan lalu, dinilai Kudlow sebuah pemikiran hancur-hancuran. Kudlow yang juga dikenal sebagai salah satu dari 250 ahli ekonomi yang menandatangani petisi perlunya Presiden George Bush melakukan ”perang melawan terorisme”, kali ini menganggap pidato Obama itu sebagai ”perang melawan investor”.

Sebagai orang yang setiap hari harus mengomentari perkembangan ekonomi dan bursa saham, rupanya Kudlow sumpek melihat harga saham yang terjun bebas justru sejak Obama terpilih dalam pemilu sampai dia mengucapkan pidato nasional pekan lalu. “Inilah sebuah pidato untuk menyatakan perang terhadap investor, pengusaha, perusahaan, dan apa saja yang berbau ekonomi,” katanya.

Pidato Obama itulah yang menurut Kudlow menjadi penyebab harga saham merosot sampai tinggal 6.500-an (dari yang tertinggi 14.000-an) sesaat setelah Obama menyelesaikan pidatonya. Dari pidatonya itu Kudlow menganggap Obama juga anti perusahaan besar, anti kekayaan pribadi, dan anti venture capital. Kebijakan Obama dia nilai sebagai ”kebijakan anti pertumbuhan”. Di saat yang sama Obama mengikuti kebijakan ”pajak tinggi”. Maka, Kudlow menyimpulkan secara sangar: ekonomi Amerika akan mengalami stagflasi. Yakni, di satu pihak menghadapi inflasi (kenaikan harga-harga barang), di pihak lain tidak ada kontraksi.

Keadaan stagflasi dalam ekonomi sama dengan kondisi orang sakit liver yang komplikasi dengan sakit gula. Livernya menghendaki tambahan gula, sedangkan sakit gulanya menghendaki jangan makan gula.

”Sama sekali tidak masuk akal,” ujar Kudlow. ”Baik dilihat dari kacamata mengatasi krisis sekarang ini atau dilihat dari usaha jangka panjang untuk melakukan ekspansi ekonomi,” tambahnya.

Kudlow memang termasuk ahli ekonomi yang beraliran ”supply side economy” -bahkan dia mendirikan persatuan untuk ahli-ahli ekonomi yang menganut aliran bahwa untuk bisa tumbuh ekonomi itu perlu dorongan. Karena itu, ahli seperti Kudlow selalu berpendapat bahwa pajak harus serendah-rendahnya agar orang bisa menggunakan uangnya untuk meningkatkan usaha. Dengan teori ini, iklim usaha akan bergairah dan ekonomi tumbuh subur.

Bahkan, menurut ahli aliran ini, pajak bumi dan bangunan, pajak dividen, dan pajak capital gain itu sama sekali tidak perlu ada! Di Indonesia pajak untuk dividen (pembagian laba perusahaan) adalah 10 persen, dan pajak capital gain 28 persen. ”Supply side economy” adalah aliran yang berpendapat bahwa untuk menggairahkan orang-orang agar memperbanyak produk barang dan jasa haruslah dengan cara memberi mereka iming-iming (insentif) yang menarik. Biasanya iming-iming itu diwujudkan dalam penentuan pajak yang rendah atau tanpa pajak sama sekali dan dikuranginya peraturan-peraturan pemerintah sampai sesedikit mungkin. Istilah ”supply side economy” itu sendiri belum lama diciptakan. Baru pada 1975 oleh wartawan terkemuka, Jude Wanniski. Di dalam term ekonomi politik, istilah itu sering disamakan dengan apa yang popular disebut “trickle down effect” atau teori “tetesan ke bawah”.

Kini aliran ini memang lagi “mati angin” karena hasil maksimalnya ternyata kerakusan dan kerakusan inilah yang sudah disepakati sebagai penyebab terjadinya krisis global yang sangat berat sekarang ini. Tapi, aliran ini berpendapat bahwa krisis adalah sesuatu yang wajar yang harus diatasi dengan sistem pasar bebas pula. Perusahaan yang memang harus mati biarlah mati dan kelak terbentuk lagi keseimbangan baru sambil belajar dari pengalaman masa lalu.

Kalau aliran ini tetap dipertahankan (sebagaimana yang dianut di zaman George Bush bahkan dimulai sejak Ronald Reagan dan Clinton), keadaan memang sakit, tapi pada titik tertentu akan sembuh sendiri. Tentu dengan doa mudah-mudahan tidak ada yang lupa bahwa tawaran bunga tinggi itu bisa saja ternyata membuat uang justru melayang.

”Apa yang dilakukan Obama sekarang ini tidak lain hanya mengulangi apa yang dilakukan Lyndon B. Johnson dan Richard Nixon dulu,” ujar Kudlow. ”Menjauhi apa yang sudah dilakukan Clinton dan Reagan,” tambahnya. Kudlow pun lantas mengejek teman-temannya sesama profesional keuangan yang bekerja di bursa saham yang dalam kampanye lalu selalu mendukung Obama dengan slogan ”perubahan”-nya. Dengan kata lain, Kudlow seperti ingin mengatakan kepada mereka “rasain” sekarang. Tidak ada kegairahan sama sekali di pasar modal. Setiap hari yang ada adalah kemurungan, kelesuan, dan putus asa.(*)

No comments:

Post a Comment