Tuesday, March 3, 2009

Banyak Bunuh Diri, Suku Bunga Makin Tinggi

Selasa, 03 Maret 2009
Banyak Bunuh Diri, Suku Bunga Makin Tinggi
Dahlan Iskan : Sistem Keuangan Bawah Tanah yang Khas Wenzhou (2)

Wenzhou dan sekitarnya memang sangat menarik bagi saya. Wilayah ini sering saya sebut sebagai contoh berkembangnya sistem ”paling kapitalis” dalam sebuah negara komunis. Saya selalu mengamati bagaimana musuh komunisme itu bisa hidup makmur di negara komunis.

Lebih menarik dari pengalaman saya dulu ke Samarkhan untuk melihat bagaimana masjid (dan makam Imam Bukhori) bisa hidup di negara komunis (Soviet saat itu) yang memusuhi agama. Berbeda dengan di Wenzhou, di Samarkhan waktu itu saya melihat pelestarian masjid tersebut hanya untuk ”lipstik” agar Soviet masih kelihatan bergincu. Tapi, kapitalisme di Wenzhou sangat murni, natural, dan berdiaspora.

Sebutlah kecamatan seperti Long Gang. Kecamatan ini dulu murni daerah pertanian. Letaknya di pegunungan yang dari kota Wenzhou masih amat jauh –sekira 120 km. Kini Long Gang sudah menjadi ”kota percetakan” karena semua orang beralih ke bisnis percetakan atau yang ada hubungannya dengan percetakan. Sudah tidak ada lagi masyarakatnya yang memegang cangkul. Perubahan ini sama sekali tidak melibatkan campur tangan pemerintah. Bahwa kecamatan itu memilih bidang bisnis percetakan juga bukan berdasarkan plot dari pemerintah. Bahkan, secara resmi pemerintah masih menganggap status desa-desa di situ masih disebut ”desa” dan penduduknya masih terdaftar sebagai ”petani”. Padahal, Long Gang kini sudah menjadi satu kota –dalam pengertian yang sebenarnya. Inilah ”kota” dengan penduduk semuanya berstatus ”petani” pertama di dunia.

`Wenzhou terletak di Provinsi Zhejiang yang beribu kota di Hangzhou. Dari ibu kota provinsi ini, jaraknya masih sekira 300 km, seperti Balikpapan-Bontang. Wenzhou terletak di pinggir pantai, tapi sangat sedikit punya tanah datar. Wilayahnya bergunung-gunung yang tidak ada habis-habisnya. Majunya bukan main. Meski tidak sehebat ibu kota provinsinya (Hangzhou) atau kabupaten tetangganya (Ningbo), kemajuan Wenzhou lebih merata sampai ke pedasaan. Wenzhou juga punya pelabuhan laut, bandara internasional, dan jalan-jalan tol yang menghubungkan kecamatan-kecamatan dan kabupaten sekitarnya.

Kini ada satu kabupaten tetangganya lagi yang sedang mengejar Wenzhou atau Ningbo. Namanya Shaoxing. Bahkan Wenzhou, Ningbo, dan Shaoxing, karena saling bertetangga, sudah menjadi satu kekuatan wilayah ekonomi tersendiri. Wilayah ini terletak di seberang Shanghai. Lebar laut yang memisahkannya 35 km. Sejak 1 Mei lalu, laut itu bukan lagi pemisah. Sebuah jembatan enam jalur sepanjang 38 km sudah selesai dibangun melengkung menyeberangi laut yang begitu luas. Pembangunannya hanya memakan waktu tiga tahun! Sejak 1 Mei tahun lalu, Shanghai-Shaoxing sudah gandeng. Dengan demikian, Wenzhou dan sekitarnya akan kian maju karena mendapat lokomotif baru yang amat besar: Shanghai.

Hasil-hasil penelitian menyebutkan peran dana bank di wilayah Wenzhou dan sekitarnya hanya 18 persen. Sedang peran rentenir 28 persen. Selebihnya dana masyarakat sendiri. Maka, ketika bank menjalankan kebijaksanaan uang ketat (antara lain untuk mengerem inflasi) seperti terjadi sekarang ini, Wenzhou dan sekitarnya tetap berkembang. Rentenir memang dimusuhi negara, tapi tidak oleh masyarakat Wenzhou. Rentenir dianggap sebagai satu kelengkapan hidup yang ketika tidak ada sistem lain yang lebih baik, mengapa tidak memanfaatkannya. Sepanjang hasil perputaran dari dana rentenir itu tetap lebih besar daripada bunganya, tetap saja rentenir dianggap peluang yang harus dimanfaatkan. Tidak ada halal atau haram di sini. Yang ada maju atau mati.

Tentu ada juga yang terus-menerus terbelit oleh rentenir. Di antaranya kemudian bunuh diri atau menghilang. Terutama pada musim kesulitan ekonomi seperti belakangan ini. Lautan industri menengah dan kecil di Wenzhou dan sekitarnya menjerit. Apalagi, peraturan perburuhan sudah berubah total. Buruh yang dulu bisa digaji Rp 1 juta, menjadi harus Rp 1,5 sampai Rp 2 juta. Biaya produksi naik akibat inflasi dan nilai tukar renminbi yang terus menguat. Harga jual sulit diubah sama tingginya. Cash flow menjadi seret. Pengusaha kecil seperti orang haus tapi harus minum air laut. Beberapa bunuh diri.

Ini pun sudah diperhitungkan oleh sistem rentenir. Termasuk mengapa bunga di sistem ini bisa sampai 6 persen sebulan, antara lain karena pasti ada yang lari atau bunuh diri. Sementara, tidak seperti rumah gadai yang bunganya separo lebih rendah, tidak ada jaminan yang bisa disita.

Logikanya, kian banyak yang bunuh diri akan kian tinggi bunganya. Bunuh diri memang urusan masing-masing. Tapi, karena bisa menyebabkan kenaikan ”suku bunga”, keluarga yang bunuh diri pun akan dibenci oleh masyarakat sistem ini. Mekanisme pasar menghasilkan tata nilai tertentu. Moralitas bunuh diri atau melarikan diri menjadi tercela bukan dengan alasan moralitas, melainkan dianggap bisa meningkatkan high cost economy.

Banyak juga yang bisa keluar dari sistem ini. Yakni, mereka yang dari usaha dengan modal rentenir itu bisa memupuk dana sendiri. Lalu secara berkelompok membentuk dana bersama. Dana ini yang kemudian dipinjamkan ke sesama anggota dengan bunga tertentu. Dua atau tiga kali lebih tinggi dari bunga bank, tapi tidak delapan kali seperti bunga rentenir. Model ini berkembang pesat juga di Wenzhou dan sekitarnya.

Melihat kenyataan besarnya peran sistem rentenir di Wenzhou, pemerintah komunis Tiongkok kemudian menjadi sangat realistis. Inilah komunisme fleksibel! Meski sistem rentenir itu secara dogmatik bertentangan dengan komunisme, pemerintah dalam perkembangannya tidak main larang begitu saja. Bahkan, pemerintah tidak pernah menggunakan kata ”rentenir” setiap kali menyinggung soal ini.

Pemerintah hanya selalu menyebutnya sebagai ”aliran dana bawah tanah”. Pemerintah pusat telah lama mengkaji sistem ini. Hasilnya: perlu dilakukan terobosan. Tapi, harus diuji coba dulu. Maka sejak dua tahun lalu pemerintah menguji coba satu sistem yang sangat baru di bidang keuangan. Uji coba ini hanya boleh dilakukan di Wenzhou-Shaoxiang. Yakni, kabupaten yang ”aliran dana bawah tanahnya” mencapai Rp 2 triliun setahun.

Orang-orang yang selama ini bergerak di perdagangan uang bawah tanah itu, di samping diperbolehkan mendirikan rumah gadai, juga diizinkan mendirikan perusahaan jasa keuangan mikro. Namanya bidang usahanya: perusahaan penjamin kredit mikro. Sejak dilakukan uji coba sampai sekarang, sudah 240 perusahaan jenis ini berdiri di Wenzhou. Bukan main antusiasnya.

Sistem keuangan uji coba ini melibatkan empat pihak: peminjam, bank, penjamin, dan pihak ketiga yang menambah jaminan. Misalnya begini: Anda memiliki perusahaan kecil yang sudah tiga tahun berturut-turut laba. Lalu meminjam uang ke bank dengan jaminan yang tidak cukup. Anda bisa minta perusahaan penjamin itu mencarikan tambahan jaminan dari pihak ketiga. Tambahan jaminan ini bisa berupa aset tetap seperti tanah, bisa juga sertifikat deposito atau sebangsanya.

Di pihak lain, misalnya, Anda punya deposito Rp 50 juta di bank. Anda dapat bunga (kalau di Tiongkok hanya 1 persen). Agar bisa dapat bunga lebih besar, Anda bisa meminjamkan sertifikat deposito Anda ke perusahaan penjamin. Yakni, untuk digunakan sebagai jaminan tambahan pencari kredit. Dari situ Anda dapat tambahan bunga 1 persen lebih (bergantung situasinya). Berarti bunga Anda bisa dua kali lipat daripada kalau Anda hanya mendepositokan di bank begitu saja.

Sistem uji coba ini berkembang pesat. Pemilik ”uang-lebih” dan pengusaha kecil yang haus uang bisa bertemu di gelas yang sama. Resmi, legal, dan tidak takut akan peraturan pemerintah. Lewat sistem ini seorang pengusaha kecil bisa dapat kredit dengan bunga 12 persen setahun. Memang, bunga itu dua kali lipat lebih mahal dari bunga bank secara resmi, tapi tetap jauh lebih murah dibanding harus 60 sampai 120 persen bunga ”bawah tanah”.

Pemerintah memang tidak bisa menutup mata akan pertumbuhan ekonomi yang mencapai lebih 13 persen selama lebih 20 tahun terus-menerus di kabupaten-kabupaten sekitar Wenzhou ini. Inisiatif lokal luar biasa besarnya. Menurut hasil penelitian, inilah wilayah perusahaan kecil menengah yang terbesar di dunia, sejajar dengan wilayah Guangzhou dan sekitarnya seperti Dongguan. (bersambung)

No comments:

Post a Comment