Monday, March 23, 2009

Komite Aksi Merebut Uang Inves Kembali

Senin, 23 Maret 2009
Komite Aksi Merebut Uang Inves Kembali 

Ketika ke Singapura kemarin, saya mencatat dua peristiwa menarik yang terkait dengan krisis ekonomi dunia sekarang ini. Yang pertama mengenai aksi para pembeli minibond. Yang kedua mengenai dikaitkannya gaji pegawai negeri dengan krisis ekonomi.

Mengenai minibond, aksi itulah yang bisa menjadi harapan baru bagi orang-orang Indonesia yang uangnya amblas di Singapura. Terutama, mereka yang menempatkan uangnya dalam bentuk minibond. “Kami berharap teman-teman dari Indonesia bergabung bersama kami untuk meminta uang itu kembali,” ujar Steve Yap kepada saya. “Uang keluarga saya sendiri lebih Rp 2 miliar terbelit di situ,” ujar Steve, yang dua tahun lalu pensiun dari perusahaan asing di Singapura.

Menurut Steve, 55, tercatat 8.000 orang yang menempatkan uangnya di minibond. Banyak juga yang dari Surabaya, Jakarta, dan kota-kota lain di Indonesia. Steve dan teman-teman Singapuranya sudah membentuk komite aksi untuk mengurus investasi mereka di perusahaan derivatif itu. “Asal kita kompak, harapan untuk meraih uang itu sangat besar. Di Hongkong sudah berhasil,” katanya. 

Steve juga sudah memasang iklan di harian berbahasa Mandarin, Guo Ji Ribao (Jawa Pos Group), di Jakarta pekan lalu. “Kami berharap kalau sudah terkumpul 1.000 orang, baru komite mulai memasukkan klaim dan langkah hukum lainnya,” ujar Steve. Untuk itu sebuah pertemuan investor minibond sudah dilaksanakan awal bulan tadi. Sebuah pertemuan lagi akan dilakukan sebelum akhir bulan ini.

Di antara 8.000 investor minibond tersebut, sudah sekitar 4.000 orang yang melakukan klaim. Tapi, tidak ada yang terorganisasi sehingga tidak berhasil. Kalau toh ada yang mendapatkan kembali uangnya, mereka hanyalah orang-orang yang dianggap sangat miskin dengan nilai investasi yang kecil.

Minibond (lihat buku saya yang berjudul Kentut Model Ekonomi) ternyata sebenarnya bukanlah sebuah bond. Minibond ternyata produk derivatif yang dikeluarkan PT Minibond, sebuah perusahaan dengan modal hanya 2 dolar yang berpusat di sebuah pulau nyaris tak berpenghuni di Laut Karibia sana.

Banyak orang yang tertarik untuk menempatkan uangnya di Minibond karena bisa mendapat bunga sedikit lebih baik daripada bentuk-bentuk invetasi lain, seperti deposito atau membeli bond. Karena dinamakan minibond, orang mengira ini juga sebuah bond yang biasanya disandarkan pada jaminan sebuah perusahaan. Tidak tahunya, minibond hanyalah nama. Praktiknya, uang yang terkumpul dibelikan produk-produk derivatif, terutama yang jaminannya adalah kredit yang jelek (default credit swaps/DCS) yang juga disebut subprime morgate.

Yang menarik, minibond ini hanya dijual di Hongkong, Taiwan, dan Singapura. Tidak ada di Jepang, Eropa, atau AS sendiri. Banyak sekali pensiunan menempatkan uangnya di sana, sehingga ketika terjadi krisis, banyak investor yang menjerit. “Di sini ada yang sampai jadi sopir taksi,” ujar Steve. “Satu-satunya uang untuk sumber hidupnya ditaruh di minibond,” tambahnya.

Komite Aksi Minibond di Singapura ini juga sudah menunjuk pengacara bernama Conrad Campos. “Tidak gampang cari pengacara untuk kasus ini. Banyak pengacara yang terkait dengan institusi keuangan. Kami mencari pengacara yang tidak memiliki benturan kepentingan,” katanya. “Juga yang bisa diajak nego soal bayaran dan taktik untuk berjuang,” tambahnya.

Komite ini juga sudah membangun website (www.miagsg.com) sehingga siapa pun bisa berorganisasi lewat website itu. Semua syarat dan tanya jawab disediakan di website itu. Singapura memang punya pengalaman melakukan klaim secara bersama-sama melalui website seperti itu. Yang paling terkenal ketika 5.000 orang menggugat sebuah klub yang menjanjikan kenyamanan, tapi mencari anggota melebihi kapasitas klub. Gugatan ramai-ramai itu ternyata menang.
Tidak ada demo, tidak ada perusakan. Tapi, aksi mereka sangat effektif.

Cerita menarik kedua adalah tersiarnya edaran untuk pegawai negeri di sana. Karena krisis ekonomi tidak segera membaik, pegawai negeri menerima edaran bahwa kemungkinan gaji mereka dipotong. Ini terutama untuk golongan yang atas. Demikian juga bonus untuk pegawai negeri tahun ini sangat mungkin nol.

Karena yang demikian ini baru terjadi pertama, orang pun menarik kesimpulan bahwa gaji pegawai negeri di Singapura juga dikaitkan dengan kinerja capaian ekonomi negara. Kalau ekonomi negara jelek, gaji pegawai negeri juga dipotong. Dengan demikian, negara Singapura seperti sebuah perusahaan swasta saja.

Memang di sana ada unsur bonus dalam komponen gaji. Terutama bonus tahunan. Mirip yang terjadi di swasta. Kalau pertumbuhan ekonomi negara sangat baik, bonusnya juga sangat baik. Dengan demikian, pegawai negeri juga harus memikirkan apakah pekerjaan yang dia lakukan membuat pertumbuhan ekonomi negara naik atau turun.

Di Indonesia bonus pegawai negeri bisanya diberikan dalam bentuk gaji ke-13. Itu pun tidak pernah dikaitkan dengan performance ekonomi negara. Tapi, kalau sistem itu diterapkan, mungkin juga tidak pernah ada yang bisa dapat bonus, mengingat belum terukurnya kinerja pegawai negeri dalam ikut menumbuhkan ekonomi. Jangan-jangan malah hanya menghambat.

Tapi, baru sekali ini terjadi pegawai negeri tidak akan dapat bonus pertumbuhan dan bahkan gajinya dipotong. Tahun ini pertumbuhan Singapura kira-kira memang akan minus lima. Bahkan, bisa-bisa akan minus delapan. Indonesia yang diperkirakan bisa tumbuh 4,5 persen, kalau benar-benar terjadi, akan menjadi negara dengan pertumbuhan nomor empat terbaik di dunia setelah Tiongkok (8), India (6), Arab Saudi (5). Negara-negara selebihnya akan tumbuh di bawah itu, bahkan mayoritas akan minus. (*)

No comments:

Post a Comment